MAKALAH
”Pembentukan atau
perkembangan tulang dan muskulus skeletal”
Pembimbing:
Mulia Hakam, M.kep.,Sp.KMB
Oleh :
Moch Dika Priskia
(100501088)
PRODI SI KEPERAWATAN
KELAS II B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2010 - 2011
KATA
PENGANTAR
Rasa syukur saya sampaikan
kehadiran Tuhan Yang
Maha Pemurah karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan
sesuai yang diharapkan.
Dalam
makalah ini saya
membahas
“perkembangan tulang dan
muskulus skeletal sepanjang daur hidup manusia”.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1.Bapak Mulia Hakam,S.Kep.Ns,.M.Kep.,Sp.KMB selaku
dosen pembimbing mata kuliah
Sistem Muskuluskeletal
2.Semua
pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada kami.
Harapan
saya dengan
adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memberikan bantuan
serta dukungan dalam penyusunan
makalah ini.
Jombang, 19 saptember 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
latar
belakang
Pertumbuhan dan
maturasi tulang merupakan pengertian dari bedah ortopedi. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan suatu proses morfologik yang unik serta melibatkan
perubahan biokimia.
Sistem rangka berkembang dari mesenkim,yang
berasal dari lapisan benih mesoderm dan drkrista neuralis. Beberapa
tulang,seperti tulang pipih tengkorak,mengalami penulangan membranosa,yaitu
sel-sel mesenkim langsung berubah menjadi osteoblas. Pusat-pusat penulangan
timbul di dalam model-model kartilago ini secara perlahan-lahan tulang tersebut
mengalami penulangan endokondral. Kolumna vetebralis dan iga-iga berkembang
dari kompartemen sklerotom dari somit.
Tengkorak
terdiri dari atas neurokranium dan viserokranium(wajah),neurokranium mencakup
bagian membranosa yang membentuk kubah kepala,dan bagian
kartilaginosa(kondrokranium) yang membentuk dasar tengkorak.
1.2
Rumusan
masalah
v Bagaimana
perkembangan tulang dan muskulus skeleta?
v Bagaimana
pertumbuhan tulang selama daur hidup manusia?
v Apa
sajakah kelainan-kelainan pada tulang?
1.3
Tujuan
penulisan
Ø Mengetahui
perkembangan pembentukan tulang dan muskulus skeletal.
Ø Memahami
pertumbuhan tulang selama daur hidup manusia.
Ø Mengetahui
kelainan atau penyakit yang terjadi pada tulang dam muskulus skeletal.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tulang sebagai jaringan yang tersusun oleh sel dan
didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut
sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium
hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
Sel-sel pada tulang adalah :
Sel-sel pada tulang adalah :
Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara
mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan
jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling
berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.
Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan
tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara
membantu pemberian nutrisi pada tulang.
Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis
tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama
osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.
Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive
yang menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada
permukaan dalam jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai
bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara
lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pembentukan perkembangan tulang dan
muskulus skeletal
Embriologi
merupakan cabang dari ilmu yang mempelajari perkembangan embrio. Proses
pembentukan, pertumbuhan, maturasi tulang
Sistem muskulus
skeletal sistem otot berkaembang dari lapisan benih mesoderm (kecuali otot–otot
iris, yang terbentuk dari ekstoderm piala optik dan terdiri dari otot
rangka,otot polos, dan otot jantung, otot rangka berasal dari mesoderm paraksial, yang membentuk somit dari
daerah oksipital ke sakral dan somitomer dikepala. Otot polos berdeferensisai
daro mesoderm splanknik disekitar usus dan derivat-derivatnya, dan otot jantung
berasal dari mesoderm splanknik disekitar tabunh jantung.
3.1.1Fase
pembentukan tulang
Pada fase awal
pembentukan terjadi pada minngu k-3 yaitu terbentuk tiga lapisan yaitu:
-
Eksoderm
-
Mesoderm
-
Endoderm
Sehingga
membentuk lulang rawan.Awalnya somit dan somiomer membentuk otot-otot untuk
rangkan aksila, dinding tubuh anggota
badan dan dan kepala. Dari daerahoksipital ke kaudal. Somit membentuk dan derdefisiensi
menjadi sklerotum dan dermomiotom. Sel miotom pada dinding tubuh dan daerah
ekstremitas berdisosiasi. Begerakke tempatnya yang pasti, dan menjadi memanjang
serta membentuk gelendong, sel-sel ini yang disebut mioblas saling menyatu dan
membentuk serabut otot panjang yang berinti majemuk.
Miofibril segera nampak dalam sitoplasma dan
menjelang akhir bulan ke-3 nampak gambaran seran lintang yang khas untuk otot
rangka. Proses serupa terjadi pula pada tujuh somitomer yang terletak didaerah
kepala disebelah rostral somit- somit oksipital. Tetapi struktur somitomer
tatap longgar, tidak pernah terpisah-pisah menjadi segmen-segmen sklerotom dan
dermiotom. Pola otot dikendalikan oleh jaringan penyambung dimana mioblas
bermigrasi. Didaerah kepala, jaringan penyambung ini berasal dari sel-sel
krista neuralis : didaerah servikal dan oksipital. Berasal dari moseoderm somit
: dan didinding tubuh serta anggota badan, berasl dari mesodrm somatik .
Pada minggu
kelima terbentuk tonjolan ( lim bud) tulang rawan terdiri dari Hialin, Fibrin,
Elastin. Menjelang akhir miggu ke-5, setiap miotom terbagi menjadi satu bagian
dorsal yang kecil, epimer, dan satu bagian vetral yang lebih besar, hipomer,
yang terbentuk karena migrasi sel- sel miotom. Saraf –saraf yang mempersarafi
otot-otot sekmental juga dibagi menjadi samus dorsalis primer untuk epimer, dan
ramus vetralis primer untuk hipomer.
Mioblas-mioblas
dari epimer membentuk otot ekstrensor tulang belakang, sedangkan yang berasal
dari hipomer membentuk sistem otot fleksor leteral dan ventral. Mioblas dari
hhipomer servikal membentuk otot skalelus, geniohioideus muskuli
paravertebrali. Mioblas yang berasal dari segmen toraks terbagi menjadi tiga
lapisan yang didada diwakili oleh M.
Interkostalis eksterna, M.interkostalis interna, dan M. Interkostalis bagian
dalam atau M. Transversus torakis . pada dinding perut, ketiga lapisan otot ini
terdiri atas M. Oblikus eksternus, M. Oblikis internus. Dan M. Trasfersus
abdomis.
Pada
perkembangan minggu ke tujuh terbentuk tulang melalui 2 tahap :
ü Langsung
: terbentuknya dalam bentuk lembaran-lembaran , misalnya : tulang muka, pelvis,
skapula, tulang tengkorak.
ü Tidak
langsung : . obsifikasi sentra terjadi melalui oksifikasi endokondral. obsikasi
perifer terjadi dibawah perikondral.
Otot –otot
anggota badan diamati pada minggu k-7 sebagai pemadatan masenkim didekat tunas
anggota badan. Masenkim ini berasal dari sel-sel darmomiotom somik yng
bermigrasi ketunas anggota badan untuk membentuk otot. Seperti didaerah
lainnya, jaringan penyambung menentukan pola pembentuk otot, dan jaringan ini
berasal dari mesorerm somatik, yang juga menghasilkan tulang-tulang anggota
badan.
3.1.2 Pertumbuhan dan
Remodelling Tulang
a. Pertumbuhan
memanjang tulang
Pertumbuhan
memanjang / proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Proses ini terjadi
pada dua lokasi : 1. tulang rawan artikuler (sendi) 2. Terjadi ditulang-tulang
pendek ex : karpal 3. Lempeng epifis (epiphyseal plate) . dengan memeajangja
tunas anggota badan, jaringan otot terpecah menjadi komponen fleksor dan
ekstensor. Sekalipun pada mulanya otot-otot anggota badan memiliki sifat
bersegmen, denga berjalannya waktu otot-otot ini bersatu dan kemudian
tersusunlah jaringan otot. Yang berasal dari berbagai segmen.
ü Tulang
rawan artikuler
Pertumbuhan
tulang panjang terjadi pada daerah tulang rawan artikuler dan merupakan tempat
satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis.
ü Tulang
rawan lempeng epififis
Memberikan kemungkinan metafisis dan
diafisis untuk bertumbuh memanjang. Pada daerah pertumbuhan ini terjadi
keseimbangan antara dua proses yaitu:
Ø Proses
pertumbuhan: adanya pertumbuhan interstisial tulang rawan dari lempeng epifisis
memungkinkan terjadinya penebalan tulang
Ø Proses
klasifikasi: kematian dan penggantian tulang rawan pada daerah permukaan
metafisis terjadi melalui proses osifikasi endokondral.
Ada
3 zona lempeng epifisis
ü Zona
pertumbuhan
ü Zona
transportasi tulang rawan
ü Zona
osifikasi
B. Pertumbuhan
melebar tulang
Pertumbuhan
melebar terjadi akibat pertumbuhan aposisi osteoblas pada lapisan dalam
periosteum dan merupakan suatu jenis osifikasi intramembran.
C.
Remodelling tulang
Selama
pertumbuhan memanjang tulang daerah metafisis mengalami remodelling
(pembentukan) dan pada wktu bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara
progresif. Proses remodelling tulang berlangsung sepanjang hidup,dimana pada
anka-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif
sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negatif,remodelling juga
terjadi setelah penyembuhan fraktur. Pada anak-anak meskipun ada kelainan
hebat,remodelling tetap terjadi secara spontan kecuali bila terdapat kelainan
rotasi.
3.2.
Tahap pertumbuhan selama daur kehidupan
3.2.1
Pertumbuhan Tulang Pada Bayi
Pada
waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh
perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari
Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya
lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok
adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat
pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis. Sutura dan ubun-ubun
memungkinkan tulang-tulang tengkorak saling bertumpah tindih(suatu proses yang disebut
molase) selama proses persalinan.segera setelah lahir, tulang-tulang membranosa
bergerak kembali ke posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak besar dan
bulat. Sebenarnya ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah muka yang
kecil. Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam waktu yang
cukup lama setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus berlangsung
setelah lahir dan terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak. Walaupun seorang
anak berusia 5-7tahun hampir sudah memiliki semua kapasitas tengkoraknya,
beberapa sutura masih tetap terbuka hingga usia dewasa. Pada beberapa tahun
pertama setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar dapat memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai apakah penulangan tengkorak berlangsung normal dan apakah
tekanan di dalam normal.
·
Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut
sekitar 30⁰ sampai 40⁰. Dikarenakan intrauterin biasanya
hip eksternal rotasi positif, maka pada saat pemeriksaan infan akan terlihat
hip lebih eksternal rotasi.
·
Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan
berkurang lebih dari 1 tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya
meningkat menjadi internal rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi
semakin terlihat.
·
Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30⁰ sampai 40⁰ pada saat lahir kemudian menjadi 10⁰ sampai 15⁰ pada adolesen awal dan puncak
perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
3.2.2
Pertumbuhan Tulang Pada Anak
Perawatan anak-anak dengan masalah
muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi
modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat
aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan
fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth
plate
yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan
masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko
harus dimonitor dengan perawatan.
Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi
anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung
pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat
yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan
masalah pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan
gabungan penjepitan dan pembedahan.
Anak-anak memiliki keadaan
muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki
pekuk
dan dislokasi
pinggul
kongenital (juga dikenal sebagai displasia
pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian
substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
3.2.3
Pertumbuhan
Tulang Pada Remaja
Pertumbuhan
linear atau tinggi badan, hampir seluruhnya terjadi akibat pertumbuhan tulang
rangka dan dianggap sebagai pengukuran pertumbuhan umum yang
stabil. Pertumbuhan tinggi badan tidak terjadi terus-menerus disepanjang
kehidupan tetapi berhenti jika maturasi tulang rangka sudah selesai.
Pertumbuhan panjang yg maksimal terjadi sebelum kelahiran, tetapi bayi baru
lahir terus tumbuh dengan kecepatan yang cepat meskipun lebih lambat.
3.2.4
Pertumbuhan
Tulang Pada Dewasa
Pada masa anak-anak sampai usia
remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sam-pai
mencapai puncaknya pada usia 25 – 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 – 35
tahun (laki-laki) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi.
Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tulang & kekuatan tulang yg
progresif (laki-laki & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an.
Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan meningkatnya porositas tulang.
Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal
yang lebih kecil daripada laki-laki. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi
pada laki-laki tetapi laki-laki mengalami perubahan yang tidak terlalu
signifikan dibandingkan wanita
3.2.5
Pertumbuhan
Tulang Pada Lansia
Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35
tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berku¬rang¬nya aktivitas
osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang
mengalami turn over yang dilaksana¬kan melalui 2 proses yaitu; modeling dan
remodeling, pada ke¬adaan normal jumlah tulang yang dibentuk remodeling
sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa tulang yang hilang nol.
Bila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini
disebut negatively coupled yang terjadi
pada usia lanjut.
Dengan bertambahnya usia terdapat
penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada
tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita,
tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang pada
wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun, pengurangan tulang lebih
mengenai bagian trabekula dibanding dengan kortek. Pada pemeriksaan histologi
wanita pasca menopouse dengan osteoporosis spinal hanya mempunyai trabekula
kurang dari 14%. Selama kehidupan laki-laki kehilangan 20-30% dan wanita 30-40%
dari puncak massa tulang.
Pada sinofial sendi terjadi
perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi celah dan lekukan
dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan pembentukan
kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler menga¬lami
degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan
mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesu¬litan dalam gerak yang rumit.
Perubahan yang jelas pada sistem
otot adalah berkurangnya masa otot terutama mengenai serabut otot tipe II.
Penurunan ini disebabkan karena otropi dan kehilangan serabut otot. Perubahan
ini menyebabkan laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen maksimal
berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi melambat.
Selain penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan jaringan
lemak.
Lanjut usia adalah suatu
kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang,
terjadi tidak bisa dihindari oleh siapapun, namn manusia dapat berupaya untuk
menghambat kejadiannya. Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dann fungsi normal sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memkperbaiki kerusakkan
yang diderita. (Sampoernae.blogspot, 2008).
Ø
Sistem
Muskuluskeletal
Mobilitas merupakan salah satu yang paling
penting dari aspek fungsi Physiologi, karena merupakan hal yg paling utama
untuk memelihara kemandirian, dan akan terjadi akibat yang serius ketika
kemandirian hilang.Untuk orang tua, mobilitas mempengaruhi untuk derajat kecil
oleh perubahan yang berhubungan dengan umur dan yang paling besar oleh factor
resiko, Karenna banyak factor resiko yang mengancam mobilitas, jatuh adalah
merupakan kejadian yangpaling umum pada lanjut usia. Orang tua mempunyai
tantangan dobel dalam ketrampilan memelihara mobilitas dan memelihara posisi
yang benar ketika mereka berjalan. Untuk alasan ini, keselamatan merupakan
pertimbangan secara menyeluruh dari aspek mobilitas.
Tulang, Sendi dan otot adalah struktur tubuh yang paling banyak berhubungan dengan mobilitas. Tetapi banyak aspek fungsi lain yang termasuk pada keselamatan mobilitas. Fungsi neurology sebagai contoh mampu mempengaruhi semua masalah penampilan muskuloskelethal, dan fungsi penglihatan mempengaruhi kemampuan untuk keselamatan berinteraksi dengan lingkungan. Dalam sistem muskulokelethal, osteoporosis merupakan perubahan yang berhubungan dengan umur berdampak paling besar secara keseluruhan.
Tulang, Sendi dan otot adalah struktur tubuh yang paling banyak berhubungan dengan mobilitas. Tetapi banyak aspek fungsi lain yang termasuk pada keselamatan mobilitas. Fungsi neurology sebagai contoh mampu mempengaruhi semua masalah penampilan muskuloskelethal, dan fungsi penglihatan mempengaruhi kemampuan untuk keselamatan berinteraksi dengan lingkungan. Dalam sistem muskulokelethal, osteoporosis merupakan perubahan yang berhubungan dengan umur berdampak paling besar secara keseluruhan.
Ø
Perubahan
pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut :
I. Tulang
Tulang menyediakan kerangka untuk semua sistem muskuloskelethal dan bekerja terhubung dengan sistem otot untuk memfasilitasi pergerakan. Fungsi tambahan tulang pada tubuh manusia adalah penyimpanann calcium, produksi sel darah, dan mendukung serta melindungi jaringan dan organ tubuh. Tulang terbentuk dari lapisan luar yang keras disebut cortical atau tulang padat, dan di bagian dalm terdapat spongy berlubang yang disebut trabecular. Bagian cortical terhadap komponen tabecular berubah berdasrkan tipe tulang. Tulang panjang misalnya, radius dan femur, mengandung sebanyak 90% corticol, sedangkan tulang vertebrata susunan utamanya adalah sel trabecular. Corticol dan trabecular merupakan komponen tulang yang berpengaruh pada lansia.
Pada lansia terdapat perubahan pada susuanan pembentukan tulang, yaitu :
a)Tulang cortical
Mulai umur 40 tahun, terjadi perubahan penurunan sejumlah tulangü cortical 3 % perdecade pada laki-laki dan wanita berlanjut terus sampai ahir dewasa
Setelah menopause, Wanita terjadi penambahanü penurunan/ kehilangan tulang cortical, sehingga jumlah rata-rata penurunan mencapai 9% sampai 10 % perdecade pada umur 45-75 tahun.
Penurunan tulang cortical berakhir pada umur 70-75 tahunü
Hasil akhir perubahan ini seumur hidup kira-kira 35%-23% pada wanita dan laki-laki berturut-turutü
Tulang menyediakan kerangka untuk semua sistem muskuloskelethal dan bekerja terhubung dengan sistem otot untuk memfasilitasi pergerakan. Fungsi tambahan tulang pada tubuh manusia adalah penyimpanann calcium, produksi sel darah, dan mendukung serta melindungi jaringan dan organ tubuh. Tulang terbentuk dari lapisan luar yang keras disebut cortical atau tulang padat, dan di bagian dalm terdapat spongy berlubang yang disebut trabecular. Bagian cortical terhadap komponen tabecular berubah berdasrkan tipe tulang. Tulang panjang misalnya, radius dan femur, mengandung sebanyak 90% corticol, sedangkan tulang vertebrata susunan utamanya adalah sel trabecular. Corticol dan trabecular merupakan komponen tulang yang berpengaruh pada lansia.
Pada lansia terdapat perubahan pada susuanan pembentukan tulang, yaitu :
a)Tulang cortical
Mulai umur 40 tahun, terjadi perubahan penurunan sejumlah tulangü cortical 3 % perdecade pada laki-laki dan wanita berlanjut terus sampai ahir dewasa
Setelah menopause, Wanita terjadi penambahanü penurunan/ kehilangan tulang cortical, sehingga jumlah rata-rata penurunan mencapai 9% sampai 10 % perdecade pada umur 45-75 tahun.
Penurunan tulang cortical berakhir pada umur 70-75 tahunü
Hasil akhir perubahan ini seumur hidup kira-kira 35%-23% pada wanita dan laki-laki berturut-turutü
b) Tulang Trabecular
Serangan hilangnya tulang trabecular lebih dulu dari serangan kehilangan cortical pada wanita dan laki-laki.ü
Rata-rata hilangnya tulang trabecular kira-kira 6%-8% perdecadeü
Setelah menopause, wanita terjadi kehilangan tulang trabecular secara cepatü
Hasil akhir kehilangan seumur hidup kira-kira 50%- 33% pada wanita dan laki-laki seumur hidupü
c) Peningkatan resorbsi tulang oleh tubuh
d) Penurunan penyerapan kalsium
e) Serum parathyroid hormone meningkat
f) Gangguan regulasi aktivitas oesteoblast
g) Gangguan pembentukan tulang, sekunder untuk mengurangi matriks tulang
h) Penurunan jumlah fungsi sel marrow yang digantikan oleh jaringan sel lemak
II. Otot
Semua kegiatan sehari – hari (ADL) langsung dipengaruhi oleh fungsi otot, yang di kendalikan oleh saraf motorik. Perubahan yang berhubungan dengan usia berdampak besar pada fungsi otot, yaitu ;
Hilangnya masa otot sebagai hasil penurunan dalam ukuran dan jumlah serat otot.
Penurunan serat otot dengan penggantian selanjutnya oleh jaringan penghubung dan akhirnya oleh jaringan lemak.
Penurunan membrane sel otot dan keluarya cairan dan potassium.*
Dengan umur 80 tahun, kira-kira masa otot hilang (Tonna, 1987). Pada penjumlahan, terdapat kehilangan saraf motorik yang berhubungan dengan usia, dan ini mempengaruhi fungsi otot. Dan pada akhirnya perubahan yang berhubungan dengan usia adalah kemunduran fungsi motorik dan hilangnya kekuatan dan ketahanan otot.
III. Persendian
Penurunan viskositas cairan sinovial
Terbentuknya jaringan parut dan adanya kalsifikasi pada persendian.
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strenght dan kekakuan dari kolagen mulai menurun.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.
Kartilago.
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut , tetapi juga sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktifitas sehari-hari (Andri, 2008).
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut , tetapi juga sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktifitas sehari-hari (Andri, 2008).
3.3 Kelainan atau penyakit yang terjadi pada tulang dam
muskulus skeletal.
Osteoartritis
atau rematik
adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban Secara klinis
osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan
dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh
beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang
yang memiliki penurunan matrix dan proses mineralisasi yang yang normal tetapi
massa atau densitas tulang berkurang (Gallagher, 1999). Osteoporosis adalah
berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang,
tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus
menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon
pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga
persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari
makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan
kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun).
Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak
mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat
dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis. Sekitar 80% persen penderita
penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami
penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah
menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Low back
Pain
dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan lumbal atau area sacral pada
tulang belakang ataui sekitar jaringan ( Randy Mariam,1987 ).Low Back Pain
adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika
ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan
seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara). Low Back Pain adalah nyeri
kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot,
herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral
pada tulang belakang (Brunner,1999). Low Back Pain terjadi dilumbal bagian
bawah,lumbal sacral atau daerah sacroiliaca,biasanya dihubungkan dengan proses
degenerasi dan ketegangan musulo (Prisilia Lemone,1996).
Osteolisis
adalah salah satu penyakit tulang yang berupa hancurnya tulang yang mungkin
disebabkan oleh trauma atau kecelakaan berat dan juga mungkin disebabkan adanya
kanker yang mengenai tulang.
Skoliosis Kongenitalis adalah suatu kelainan pada lengkung
tulang belakang bayi baru lahir. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya
berhubungan dengan gangguan pada pembentukan tulang belakang atau peleburan
tulang rusuk. Skoliosis bisa menyebabkan kelainan bentuk yang serius pada
anak yang sedang tumbuh, karena itu seringkali dilakukan tindakan pengobatan
dengan memasang penyangga (brace) sedini mungkin. Jika keadaan anak
semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Sindroma Pierre Robin adalah sekelompok kelainan yang
terutama ditandai dengan adanya rahang bawah yang sangat kecil dengan lidah
yang jatuh ke belakang dan mengarah ke bawah. Bisa juga disertai dengan
tingginya lengkung langit-langit mulut atau celah langit-langit.
Clubfoot (talipes) adalah
suatu keadaan dimana bentuk atau posisi kaki terpuntir.
Lengkung kaki bisa sangat tinggi atau kaki berputar ke dalam maupun ke luar.
Clubfoot sejati disebabkan oleh kelainan anatomis. Jika tidak terdapat kelainan anatomis, maka keadaan ini bisa diperbaiki dengan pemasangan gips dan terapi fisik. Pengobatan dini dengan gips bisa memperbaiki clubfoot sejati tetapi biasanya perlu dilakukan pembedahan.
Lengkung kaki bisa sangat tinggi atau kaki berputar ke dalam maupun ke luar.
Clubfoot sejati disebabkan oleh kelainan anatomis. Jika tidak terdapat kelainan anatomis, maka keadaan ini bisa diperbaiki dengan pemasangan gips dan terapi fisik. Pengobatan dini dengan gips bisa memperbaiki clubfoot sejati tetapi biasanya perlu dilakukan pembedahan.
Osteogenesis Imperfekta adalah suatu keadaan dimana
tulang-tulang menjadi rapuh secara abnormal. Osteogenesis imperfekta
merupakan suatu penyakit keturunan.
Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada jumlah atau struktur kolagen tipe I, yang merupakan bagian penting dari tulang dll.
Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada jumlah atau struktur kolagen tipe I, yang merupakan bagian penting dari tulang dll.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem
muskulus skeletal sistem otot berkaembang dari lapisan benih mesoderm (kecuali
otot–otot iris, yang terbentuk dari ekstoderm piala optik dan terdiri dari otot
rangka,otot polos, dan otot jantung, otot rangka berasal dari mesoderm paraksial, yang membentuk somit dari
daerah oksipital ke sakral dan somitomer dikepala. Otot polos berdeferensisai
daro mesoderm splanknik disekitar usus dan derivat-derivatnya, dan otot jantung
berasal dari mesoderm splanknik disekitar tabunh jantung.
Sedangkan Tulang adalah jaringan yang
tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I
collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh
deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
Untuk kelainan atau penyakit yang berhubungan
dengan tulang dan muskulus skeletal antara lain sebagai berikut :
Ø Osteoporosis
Ø Low back Pain
Ø
Osteolisis
Ø Skoliosis Kongenitalis
Ø Sindroma
Pierre Robin
Ø Clubfoot (talipes)
Ø
Osteogenesis Imperfekta
DAFTAR PUSTAKA
Rasjad,
Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue
Sadler,T.W.1991.Embriologi
kedokteran langman.jakarta.EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar