kursor

iNi DiA..!!!!!

iNi DiA..!!!!!
ciiiLuuK baaaa...!!!!

Selasa, 01 Februari 2011

makalah Mekanisme Nyeri Pada Manusia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri).
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian rasa nyeri?
2. Apa sifat-sifat nyeri?
3. Apa saja macam-macam rasa nyeri?
4. Apa pengertian nyeri alih?
5. Jelaskan beberapa rasa nyeri klinis abnormal dan sensasi somatik lainnya?
6. Pengertian nyeri kepala?

1.3 Tujuan Masalah
Dari Rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian rasa nyeri.
2. M.engetahui sifat-sifat nyeri
3. Mengetahui macam-macam rasa nyeri dan mekanismenya.
4. Mengetahui pengertian nyeri alih.
5. Mengetahui beberapa rasa nyeri klinis abnormal dan sensasi somatik lainnya.
6. Mengetahui pengertian nyeri kepala dan jenisnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yg menyakitkan tubuh yg dikatakan individu yg mengalaminya, yg ada kapanpun individu mengatakannya
ISTILAH DALAM NYERI
• Nosiseptor : serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri
• Non-nosiseptor : serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri
• Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt ditahan
• System nosiseptif : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri
• Ambang nyeri : stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri

`2.2 SIFAT-SIFAT NYERI
• Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
• Nyeri bersifat subyektif dan individual
• Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
• Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien
• Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
• Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
• Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
• Nyeri mengawali ketidakmampuan
• Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal



Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
• Nyeri bersifat individu
• Nyeri tidak menyenangkan
• Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi
• Bersifat tidak berkesudahan

2.3 MACAM RASA NYERI SERTA KUALITASNYA
Rasa nyeri dapat dibagi menjadi dua rasa nyeri utama: rasa nyeri cepat dan rasa nyeri lambat. Bila diberikan stimulus nyeri, maka rasa nyeri cepat tim¬bul dalam waktu kira-kira 0,1 detik, sedangkan rasa nyeri lambat timbal setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadangkala bahkan beberapa menit. Dalam rangkaian penjelasan yang diberikan dalam bah ini, kita akan melihat bahwa jaras penjalaran untuk kedua macam rasa nyeri ini berbeda dan masing-masing mempunyai kualitas yang spesifik.
Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan ba¬nyak nama pengganti, seperti rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri elektrik. Jenis rasa nyeri ini akan terasa bila sebuah jarum ditusukkan ke dalam kulit, bila kulit tersayat pisau, atau bila kulit terbakar secara akut. Rasa nyeri ini juga akan terasa bila subjek mendapat syok elektrik. Rasa nyeri cepat, nyeri tajam tak akan terasa diseba¬bkan besar jaringan dalam dari tubuh.
Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama tambahan, seperti rasa nyeri terbakar lambat, nyeri pegal, nyeri berdenyut-denyut, nyeri mual, dan nyeri kronik. Jenis rasa nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri dapat berlangsung lama, menyakitkan dan dapat menjadi penderitaan yang tak tertahankan. Rasa nyeri ini dapat terasa di kulit dan di hampir semua jaringan dalam atau organ.

2.4 RESEPTOR NYERI DAN RANGSANGANNYA
Seluruh reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas. Reseptor rasa nyeri yang terdapat di kulit dan jaringan lain semuanya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor ini tersebar luas pada per¬mukaan superfisial kulit dan juga di jaringan dalam tertentu, misalnya periosteum, dinding uteri, permukaan sendi, dan folks serta tentorium tempurung kepala. Sebagian besar jaringan dalam lainnya tak begitu banyak dipersarafi oleh ujung saraf rasa nyeri; namun, setiap kerusakan jaringan yang luas dapat saja bergabung sehingga pada daerah tersebut akan timbul tipe rasa nyeri pegal yang lambat dan kronik.
a. Tiga stimulus yang merangsang reseptor rasa nyeri.
Pada umumnya, nyeri cepat diperoleh me¬lalui rangsangan jenis mekanis atau suhu, sedangkan nyeri lambat dapat diperoleh melalui ketiga jenis tersebut.
Beberapa zat kimia yang merangsang jenis nyeri kimiawi melalui bradikinin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Selain itu, prostaglandin dan substansi P meningkatkan sensitivitas ujung-ujung serabut nyeri tetapi tidak secara langsung merangsangnya. Substansi kimia terutama penting untuk perangsangan lambat, jenis rasa nyeri yang menusuk yang terjadi setelah cedera jaringan.
b. Sifat nonadaptasi dari reseptor rasa.
Berbeda dengan kebanayakan reseptor sen¬sorik tubuh lainnya, reseptor rasa nyeri sedikit sekali beradaptasi dan kadang-kadang tidak beradaptasi sama sekali. Ternyata, pada beberapa kondisi, eksilasi serabut rasa nyeri menjadi semakin bertambah secara progresif, terutama pada rasa nyeri mual menusuk yang lambat, karena stimulus rasa nyeri berlangsung terus-menerus. Keadaan ini akan meningkatkan sen¬sitivitas reseptor rasa nyeri dan disebut hiperalgesia.
Kecepatan Kerusakan Jaringan sebagai Penyebab Rasa Nyeri
Pada umumnya nyeri akan terasa bila seseorang menerima panas dengan suhu di atas 45°C. Ini juga merupakan suhu di mana jaringan mulai mengalami kerusakan akibat panas, sebenarnya, jaringan akan seluruhnya rusak jika suhu menetap di atas nilai ini. Oleh karena itu, jelaslah sekarang bahwa rasa nyeri yang disebabkan oleh panas sangat erat hubungannya dengan kemampuan panas untuk merusak jaringan.
Selanjutnya, intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan kecepatan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh pengaruh lain selain panas – infeksi bakteri, iskemia jaringan, kontusio jaringan, atau oleh penyebab lainnya.

Iskemia jaringan sebagai penyebab timbulnya rasa.
Bila aliran darah yang menuju jaringan terhambat, maka dalam waktu beberapa me¬nit saja jaringan akan terasa nyeri sekali. Dan bila metabolisme jaringan makin cepat, maka rasa nyeri yang timbul akan semakin cepat pula. Contohnya, bila kita lingkarkan manset tekanan darah di sekeliling lengan atas dan selanjutnya dipompakan udara (in¬flasi) ke dalam manset sampai aliran darah arterinya berhenti, maka bila selanjutnya otot-otot dengan ba¬wah orang percobaan tersebut digerakkan, kadang-¬kadang dapat timbul nyeri otot yang hebat dalam waktu 15-20 detik. Bila otot tadi tak digerakkan, ma¬ka dalam waktu 3 sampai 4 menit tidak akan timbul rasa nyeri.
Diduga, salah satu penyebab timbulnya rasa nyeri pada keadaan iskemia adalah terkumpulnya sejumlah besar asam laktat dalam jaringan,

2.5 JARAS RANGKAP DUA UNTUK PENJALARAN SINYAL NYERI KE DALAM SISTEM SARAF PUSAT
Sekali pun semua reseptor merupakan ujung sera¬but saraf bebas, dalam menjalarkan sinyal rasa nyeri ke sistem saraf pusat ujung-ujung serabut ini menggunakan dua jaras yang terpisah. Kedua jaras ini pa¬ling sedikit berhubungan dengan dua tipe rasa nyeri yakni, jaras rasa nyeri tajam yang cepat dan jaras rasa nyeri lambat yang kronik.
SERABUT NYERI PERIFER-SERABUT “CEPAT” DAN “LAMBAT”.
Sinyal nyeri tajam yang cepat di¬rangsang oleh stimuli mekanik atau suhu; sinyal ini dijalarkan melalui saraf perifer ke medula spinalis oleh serabut-serabut kecil tipe AS pada kecepatan penjalaran antara 6 sampai 30 m/detik. Sebaliknya, tipe rasa nyeri lambat khususnya dirangsang oleh sti¬muli nyeri tipe kimiawi tetapi juga oleh stimuli me¬kanik dan suhu yang menetap; nyeri lambat kronik ini dijalarkan oleh serabut tipe C dengan kecepatan pen¬jalaran antara 0,5 sampai 2 m/detik.
Karena sistem persarafan rasa nyeri ini bersifat rangkap, maka stimulus rasa nyeri yang hebat dan da¬tangnya mendadak akan menimbulkan sensasi nyeri yang sifatnya “rangkap”: rasa nyeri tajam yang dija¬larkan ke otak oleh jaras serabut AS, yang selanjutnya akan diikuti oleh sedetik atau lebih rasa nyeri lambat yang dijalarkan oleh jaras serabut tipe C. Rasa nyeri tajam dengan cepat akan memberitahu penderita adanya suatu kerusakan dan, karena itu, membuat penderita untuk segera bereaksi memindahkan dirinya dari stimulus tadi. Sebaliknya, rasa nyeri lambat cende¬rung menjadi bertambah hebat dari waktu ke waktu. Sensasi ini akan menyebabkan seseorang menderita rasa nyeri yang tak tertahankan yang sifatnya terus¬ menerus dan lama.
Sewaktu memasuki medula spinalis dari radiks spinalis dorsalis, serabut rasa nyeri berakhir pada neuron-neuron di kornu dorsalis. Di sini, terdapat dua sistem untuk mengolah sinyal-sinyal rasa nyeri pada jalurnya ke otak.

2.6 SISTEM PENEKAN RASA NYERI (“ANALGESIA”) DALAM OTAK DAN MEDULA SPINALIS
Derajat reaksi seseorang terhadap rasa nyeri sa¬ngat bervariasi. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh kemampuan otak sendiri untuk menekan besar¬nya sinyal nyeri yang masuk ke dalam sistem saraf, yaitu dengan mengaktifkan sistem pengatur rasa nye¬ri, disebut sistem analgesia.
Sistem ini terdiri atas tiga komponen utama (ditam¬bah dengan komponen tambahan): (1) Area periakunduktus grisea dan periventrikular dari mesense¬falon dan bagian atas pons yang mengelilingi akua¬duktus Sylvius dan bagian yang berdekatan dengan ventrikel ketiga dan keempat. Neuron-neuron dari daerah ini akan mengirimkan sinyalnya ke (2) nu¬kleus rafe magnus, yang merupakan nukleus tipis di garis tengah yang terletak di bagian bawah pons dan bagian atas medula oblongata, dan nukleus retikularis paragigantoselularis yang terletak di sebelah lateral dari medula. Dari nuklei ini, sinyal-sinyal dijalurkan ke bawah kolumna dorsolatcrulis di medula spinalis menuju ke (3) kompleks penghambat rasa nyeri di dalam radiks dorsalis medula spinalis. Pada tempat ini, sinyal analgesia dapat menghambat sinyal rasa nyeri sebelum dipancarkan ke otak.
Ada beberapa bahan transmiter yang ikut terlibat dalam sistem analgesia; khususnya enkefalin dan se¬rotonin. Kebanyakan ujung serabut saraf yang berasal dari nuklei periventrikel dan area periakueduktal kelabu menyekresi enkefalin. Jadi, sebagian besar ujung-ujung serabut yang terdapat dalam nukleus rafe magnus melepaskan enkefalin. Ujung serabut-serabut yang ber¬asal dari nukleus ini tapi berakhir pada radiks dorsalis medula spinalis menyekresi serotonin. Sebaliknya, serotonin menyebabkan neuron-neuron lokal medula spinairs menyekresi enkefalin. Enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik dan hambatan postinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan tipe A di mana mereka bersinaps di kornu dor¬salis. Serabut ini mungkin mencapai inhibisi presi¬naptik dengan penghambatan saluran kalsium dalam membran ujung saraf. Penghambatan kalsium akan menghasilkan inhihisi presinaptik, karena ion kal¬siumlah yang menyebabkan pelepasan transmiter pa¬da sinaps. Selanjutnya, penghambatan tampaknya berlangsung lama karena setelah mengaktivasi sistem analgesia, maka analgesia seringkali berlangsung se¬lama bermenit menu bahkan berjam-jam.
Jadi, sistem analgesia ini dapat memblok sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medula spinalis. Ter¬nyata, sistem ini juga dapat memblok sebagian besar refleks-refleks medula spinalis yang timbul akibat sinyal nyeri, khususnya refleks penarikan (withdrawal reflex.
Sistem analgesia ini mungkin juga dapat menghambat penjalaran rasa nyeri pada beberapa titik dalam jaras nyeri, khususnya nuklei retikula dalam batang otak dan nuklei intralaminar talami.
a.Penghambat penjalaran nyeri oleh sinyal sensorik taktil
Peristiwa lain yang penting dalam kisah pengaturan rasa nyeri adalah penemuan yang menjelaskan bahwa perangsangan serabut-serabut sensorik tipe A  yang berasal dari reseptor taktil di perifer, akan dapat menekan penjalaran sinyal nyeri. Efek ini di¬duga merupakan akibat dari jenis inhibisi lateral se¬tempat. Hal ini dapat menjelaskan mengapa gerak¬an-gerakan yang sederhana saja, seperti tindakan menggaruk kulit dekat daerah yang nyeri seringkali efektif untuk mengurangi rasa nyeri. Dan hal ini mungkin juga dapat menjelaskan mengapa obat¬-obat gosok seringkali berguna untuk mengurangi rasa nyeri. Mekanisme ini dan tindakan perangsang¬an psikogenik yang berurutan pada sistem analgesia pusat mungkin juga merupakan dasar proses menghilangkan rasa nyeri dengan akupunktur.
b. Pengobatan Rasa Nyeri dengan Perangsangan Listrik
Telah dikembangkan beberapa tindakan klinik guna menekan rasa nyeri, yaitu dengan merangsang serabut-serabut saraf sensorik besar dengan listrik, Elektroda perangsangnya ditempatkan pada suatu daerah kulit yang dipilih atau pada kesempatan lain, elektroda perangsang ini ditanam pada medulla spinalis untuk merangsang kulumna sensorik dor¬salis.
Pada beberapa penderita, dengan metode stereotaksik dilakukan penempatan suatu elektroda ke da¬lam nuklei intralaminar talamus atau pada area paraventrikular atau periakuaduktal diensefalon. Dengan demikian penderita akhirnya dapat menga¬tur seberapa besar rangsangan yang diberikan. Ter¬nyata, dilaporkan bahwa tindakan ini dapat meng¬hilangkan rasa nyeri secara dramatis. Juga, rasa nyeri itu akan hilang, seringkali setelah 24 jam se¬jak pemberian rangsangan selama beberapa menit.

2.7 NYERI ALIH (REFERRED PAIN)
Seringkali seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh yang letaknya jauh dari jaringan yang menye¬babkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini disebut nyeri alih. Biasanya nyeri ini mula-mula timbul di dalam salah satu organ viseral dan dialihkan ke suatu daerah di permukaan tubuh. Juga, nyeri ini mungkin dialihkan ke daerah dalam tubuh yang tidak tepat betul dengan daerah organ yang menimbulkan nyeri. Pengetahuan mengenai bermacam-macam nyeri alih ini sangat ber¬guna dalam diagnosis klinik penyakit, sebab banyak penyakit viseral yang tak memberikan gejala klinik apa pun selain nyeri alih.
Mekanisme Nyeri Alih. terdapat ca¬bang-cabang serabut nyeri viseral bersinaps dengan neuron kedua dalam medula spinalis, neuron kedua ini menerima serabut nyeri yang berasal dari kulit. Bila serabut nyeri viseral terangsang, maka sinyal nyeri yang berasal dart visera selanjutnya akan dija¬larkan melalui beberapa neuron yang sama yang juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan akibatnya orang itu akan merasakan sensasi yang benar-benar berasal dari daerah kulit.

2.8 NYERI VISERAL
Dalam diagnosis klinik, rasa nyeri yang berasal dan bermacam-macam organ visera dalam abdo¬men dan dada merupakan salah satu kriteria yang dapat dipakai untuk mendiagnosis peradangan vi¬sera, penyakit dan kelainan lain dari visera. Pada umumnya, visera tidak mempunyai reseptor-resep¬tor sensorik untuk modalitas sensasi lain kecuali un¬tuk rusa nyeri. Juga, dalam beberapa aspek yang penting rasa nyeri viseral berbeda dengan rasa nyeri yang berasal dari permukaan tubuh.
Salah satu perbedaan penting antara rasa nyeri permukaan dan rasa nyeri viseral adalah walaupun organ visera mengalami kerusakan yang berat ja¬rang mencetuskan rasa nyeri yang hebat. Contohnya, seorang ahli bedah dapat memotong seluruh usus menjadi dua potong pada seorang penderita yang tetap sadar tanpa menimbulkan rasa nyeri yang cukup berarti. Sebaliknya, setiap stimulus yang menimbulkan perangsangan digus pada ujung serabut nyeri organ visera (viskus) akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. Contohnya, keadaan iskemia yang disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah ke daerah usus yang luas, pada saat yang sama akan dapat merangsang serabut nyeri yang difus dan menimbulkan rasa nyeri yang ekstrem.
1. Penyebab Rasa Nyeri Viseral yang Murni
Setiap stimulus yang dapat merangsang ujung serabut nyeri yang terdapat di daerah visera yang luas dapat menimbulkan rasa nyeri viseral. Bebera¬pa stimulus mencakup keadaan iskemia jaringan viseral, kerusakan akibat bahan kimia pada per¬mukaan visera, spasme otot polos pada organ perut yang berlubang, peregangan organ isi perut/viskus, atau teregangnya ligamen.
Pada dasarnya, semua nyeri viseral yang murni dalam ruang toralis dan ruang abdomen dijalarkan melalui serabut saraf sensorik yang berjalan dalam saraf otonom, terutama saraf simpatis. Serabut-sera¬but ini adalah serabut kecil tipe C, dan oleh karena itu, hanya dapat menjalankan rasa nyeri tipe pegal¬ pedih-kronik.
ISKEMIA. Iskemia menyebabkan nyeri viseral dengan cara yang tepat sama seperti timbulnya rasa nyeri di jaringan lain, hal ini mungkin karena terbentuknya produk akhir metabolik yang asam atau produk yang dihasilkan oleh jaringan degeneratif, seperti bradikinin, enzim proteolitik, atau bahan lair, yang merangsang ujung serabut nyeri.
STIMULUS KIMIA. Pada suatu saat, bahan-ba¬han yang rusak keluar dari traktus gastrointestinal maruk ke dalam rongga peritoneum. Contohnya, asam proteolitik getah lambung seringkali dapat keluar dari lambung yang robek atau dari tukak duodeni. Getah ini kemudian akan menyebabkan tercernanya peritoneum viseral, dan selanjutnya akan merangsang daerah serabut nyeri yang sangat luas. Rasa nyeri yang timbul biasanya hebat.
SPASME ORGAN VISERA YANG BERLOBANG. Spasme usus, kandung empedu, saluran empedu, ureter, atau setiap organ isi perut yang berlobang akan menimbulkan rasa nyeri yang mungkin dise¬babkan oleh terangsangnya ujung serabut nyeri se¬cara mekanis. Atau mungkin disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot yang dibarengi dengan naiknya kebutuhan nutrisi otot sewaktu pro¬ses metabolisme. Jadi, mungkin akan timbul keada¬an iskemia yang relatif dan keadaan ini akan me¬nimbulkan rasa nyeri yang hebat. Sering rasa nyeri yang timbul akibat spasme organ visera dicetuskan dalam bentuk kram, rasa nyeri Ann menghebat dan selanjutnya akan menghilang, proses ini akan ber¬langsung secara ritmis yang timbulnya setiap bebe¬rapa menit sekali. “Timbulnya rangkaian irama di¬sebabkan oleh kontraksi otot polos secara ritmis. Contohnya, keadaan kram ini akan timbul setiap kali ada gelombang peristaltik menjalar melalui usus yang spastik. Rasa nyeri tipe kram seringkali timbul pada penyakit gastroenteritis, konstipasi, menstruasi, persalinan, kelainan kandung empedu, atau obstruksi ureter.
2. Pengembanan berlebihan pada organ visera.
Organ visera yang mengem¬bang berlebihan juga akan menimbulkan rasa nyeri, ini mungkin disebabkan oleh jaringan itu sendiri yang terlalu tertuang. Keadaan mengembang yang berlebihan dapat juga mengempiskan pembuluh--pembuluh darah yang mengelilingi organ visera atau yang melalui dinding organ visera, jadi mung¬kin memacu timbulnya rasa nyeri iskemia.
3.Organ Visera yang Tidak Sensitif
Sebagian kecil daerah organ visera ada yang hampir sama sekali tak peka terhadap setiap macam rasa nyeri. Dengan ini meliputi daerah-daerah pa¬renkim hati dan alveoli paru. Ternyata kapsul hati sangat peka terhadap trauma langsung dan peregangan, dan saluran empedu juga peka terhadap rasa nyeri. Dalam paru-paru, walaupun alveoli tidak sensitif, ternyata baik bronki maupun pleura parientalis sangat sensitif terhadap rasa nyeri.
4. Nyeri Parietal Akibat Kerusakan Visera
Sebagai tambahan pada nyeri viseral yang murni, beberapa sensasi nyeri juga dijalarkan dari visera melalui serabut saraf nonviseral yang mem¬persarafi peritoneum parietalis, pleura, atau perikar¬dium.
Bila suatu penyakit mempengaruhi organ vi¬sera, seringkali proses penyakit itu menyebar ke peritoneum parietal, Pleura, atau perikardium. Permukaan parietal ini, seperti kulit, persarafannya ba¬nyak sekali yang berasal dari saraf-saraf spinal, bukan dari saraf-saraf simpatis. Karena itu, rasa nyeri yang berasal dari dinding parietal organ viseral seringkali menusuk. Untuk menegaskan perbedaan antara rasa nyeri dan nyeri viseral yang murni adalah sebagai berikut: irisan pisau yang melalui peritoneum parietal terasa sangat nyeri, tetapi bila dilakukan irisan yang serupa melalui peri¬toneum viseral atau melalui dinding usus ternyata tak begitu nyeri.
Dengan alasan-alasan tertentu, nyeri yang ber¬asal dari bermacam-macam visera sukar diloka¬lisasikan. Pertama, otak mula-mula tak tahu organ internal mana yang terangsang karena baru pertama kali mengalami, karena itu setiap rasa nyeri yang berasal dari bagian dalam akan dilokalisasi secara umum saja. Kedua, sensasi yang berasal dari abdo¬men dan toraks akan dijalarkan melalui dua jaras menuju sistem saraf pusat jaras viseral murni dan jaras parietal. Nyeri viseral murni dijalarkan mela¬lui serabut-serabut sensorik sarat otonom (simpatis maupun parasimpatis), dan sensasinya akan dialihkan ke daerah permukaan tubuh yang seringkali jauh, dari organ yang menimbulkan rasa nyeri.
Sebaliknya, sensasi perietal yang dijalarkan langsung ke dalam saraf-saraf spinal setempat ber¬asal dari peritoneum parietalis, pleura, atau perikar¬dium, dan sensasi ini biasanya dilokalisasikan tepat di atas daerah yang menimbulkan nyeri.

2.9 BEBERAPA RASA NYERI KLINIS ABNORMAL DAN SENSASI SOMATIK LAINNYA
1. Hiperalgesia
Suatu jaras nyeri kadang-kadang menjadi se¬makin mudah dirangsang; ini menuju ke suatu kea¬daan hiperalgesia, yaitu suatu keadaan hipersensitif terhadap rasa nyeri. Penyebab pokok dari hiperal¬gesia adalah (1) karena reseptor nyeri sendiri yang sangat peka, disebut hiperalgia primer, dan (2) adanya fasilitasi pada penjalaran sensorik, yang di¬sebut hiperalgesia sekunder.
Contoh untuk keadaan hiperalgesia primer ada¬lah keadaan sensitivitas ekstrem pada kulit yang ter¬bakar sinar matahari; ini diduga akibat sensitisasi rasa nyeri yang diakhiri oleh produk jaringan lokal yang terbakar-bisa histamin, bisa prostaglandin, bisa juga yang lainnya. Hiperalgesia sekunder se¬ringkali disebabkan oleh jejas pada medula spinalis atau talamus. Beberapa keadaan ini akan dibicarakan pada bagian selanjutnya.
2. Sindrom Talamikus
Adakalanya cabang posterolateral arteri serebri posterior, yaitu arteri kecil yang memasok bagian posteroventral ralamus, dapat mengalami sumbatan akibat trombosis, sehingga nukleus yang ada di dae¬rah talamus ini akan berdegenerasi, sedangkan nu¬kleus medial dan anterior talamus tetap utuh. Pen¬derita akan mengidap serangkaian kelainan sebagai berikut: Pertama, hampir sebagian besar sensasi sisi tubuh yang berlawanan akan hilang, karena nukleus pemancarnya rusak. Kedua, gejala ataksia (ketidak¬mampuan mengatur gerakan tubuh secara tepat) mungkin akan lebih jelas, akibat hilangnya sinyal posisi dan sinyal kinestetik yang secara normal di¬pancarkan dari talamus menuju korteks. Ketiga, se¬telah beberapa minggu sampai beberapa bulan. pe¬nerimaan sensorik pada tubuh yang berlawanan akan kembali pulih, tapi biasanya untuk menimbul¬kan keadaan ini dibutuhkan stimulus yang kuat. Bila sampai timbul sensasi, sensasi yang timbul akan dilokalisasikan dengan tidak tepat, hampir se¬lalu nyeri sekali, kadangkala terasa menusuk, sesuai dengan tipe stimulus yang diberikan pada tubuh. Keempat, penderita cenderung merasakan banyak sekali sensasi afektif yang merupakan perasaan tak menyenangkan yang ekstrem, atau kadangkala, perasaan senang yang ekstrem yang emosional.
Nukleus medialis talamus tak dirusak oleh ada¬nya trombosis dalam arteri. Ada anggapan bahwa pada sindrom talamikus, nukleus medialis ini men¬jadi mudah terangsang dan kepekaan jaras rasa nyeri kronik paleospinotalamikus yang menjalarkan nyeri dan menyebabkan banyak persepsi afektif se¬kunder akan meningkat.

3. Herpes Zoster (Shingles)
Adakalanya virus herpes menginfeksi ganglion radiks dorsalis. Normalnya penyebab nyeri yang parah pada seamen dermatom ini ditimbulkan oleh ganglion, jadi nyeri yang timbul merupakan tipe segmental yang mengelilingi setengah badan. Pe¬nyakit ini dikenal sebagai herpes zoster atau “shin-les” karena adanya erupsi seperti yang dije¬laskan di bawah.
Penyebab rasa nyeri diduga adalah perangsang¬an SCI-SCI neuron dalam ganglia radiks dorsalis oleh infeksi virus. Selain sebagai penyebab rasa nyeri, virus dibawa oleh sitoplasma neuron untuk menga¬lir keluar melalui akson perifer ke ujung-ujung kutaneusnya. Di sini virus menyebabkan ruam-ruam yang menjadi vesikel dalam waktu beberapa hari, dan dalam beberapa hari kemudian menjadi kusta, semua ini terjadi dalam daerah dermatom yang dipersarafi oleh radiks dorsulis yang terinfeksi.
4. Tic Douloureux
Pada beberapa orang, dapat terjadi nyeri seperti tertusuk pada salah satu sisi wajah di daerah (seba¬gian daerah) distribusi serabut sensorik saraf kelima atau kesembilan; fenomena ini disebut tic doulou¬reux (atau neuralgia trigeminal atau neuralgia glosofaringeal). Nyeri ini terasa seperti kejutan listrik yang mendadak, dan mungkin timbul hanya selama beberapa detik pada saat itu atau mungkin juga te¬rasa terus-menerus. Seringkali, nyeri ini timbul di daerah picu yang sangat sensitif pada permukaan wajah, mulut, atau di tenggorokan-hampir selalu oleh stimulus mekanoreseptif daripada oleh stimu¬lus rasa nyeri. Contohnya, bila seorang penderita mengunyah segumpal makanan, sewaktu makanan itu menyentuh tonsil, mungkin akan timbul nyeri seperti tertusuk yang hebat di bagian mandibular saraf kelima.
Biasanya nyeri pada tic doulourenx dapat di¬blok dengan cara memotong saraf perifer daerah yang hiperscnsitif. Cabang sensorik saraf kelima se¬ringkali dipotong tepat di bawah kranium, di mana pada tempat itu dapat dipisahkan radiks motorik dan radiks sensorik dari saraf kelima, sehingga ba¬gian motoriknya, yang dibutuhkan untuk gerakan rahang akan terlindung sedangkan elemen sensoriknya akan rusak. Operasi ini akan mengaki¬batkan separuh wajah mengalami anestetik; dan ke¬adaan ini mungkin akan mengganggu penderita. Selanjutnya, kadangkala operasi ini tak berhasil; yang berarti bahwa jejas yang menyebabkan nyeri berada pada nukleus sensorik dibatang otak dan bukan di saraf perifer.
5. Sindrom Brown-Sequard
Bila dilakukan pemotongan seluruh medula spi¬nalis, maka seluruh sensasi dan fungsi motorik di bagian distal segmen yang dipotong akan terblok, tapi bila pemotongan tadi hanya dilakukan pada salah satu sisi medula spinalis saja, maka timbul sindrom Brown-Sequard. Selanjutnya akan timbul akibat-akibat dari tindakan transeksi tadi, dan hal ini dapat diramalkan dengan mempelajari jaras sera¬but-serabut medula spinalis. Semua fungsi motorik pada semua segmen di bawah tempat transeksi pada sisi yang sama akan diblok. Pada sisi pemotongan ha¬nya beberapa modalitas sensasi yang hilang, dan yang lainnya hilang pada sisi yang berlawanan. Sensasi rasa nyeri, panas, dan dingin-sensasi yang disampaikan oleh jaras spinotalamikus akan hi¬lang pada sisi tubuh yang berlawanan, yakni pada semua dermatom dari segmen kedua sampai ke¬enam di bawah tempat transeksi. Sebaliknya, sen¬sasi-sensasi yang hanya dijalarkan pada kolumna dorsalis dan kolumna dorsolateralis yaitu, sensasi kinestetik dan sensasi posisi, sensasi vibrasi, sensasi lokalisasi yang tersebar, dan diskriminasi dua¬ titik akan hilang pada sisi transeksi, yakni semua dermatom di bawah tingkat transeksi. Pada sisi transeksi, rasa raba akan terganggu karena jaras
utama untuk penjalaran perabaan halus, yakni kulumna dorsalis, telah terpotong. Namun “pera¬baan kasar”, yang kurang dilokalisasi, tetap utuh karena penjalarannya adalah pada traktus spino¬taamikus sisi yang lainnya.

2.10 NYERI KEPALA
Nyeri kepala merupakan nyeri alih pada permu¬kaan kepala yang berasal dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari dalam kra¬nium, tapi yang lainnya mungkin juga dari luar kranium, misalnya dari sinus nasalis.
a. Nyeri Kepala yang Asalnya Intrakranial
1. Daerah-daerah sensitive pada tempurung.
Olak sendiri hampir seluruhnya tak peka terhadap nyeri. Bahkan pemotongan atau perang¬sangan listrik pada daerah somatosensorik korteks hanya kadang-kadang saja menimbulkan nyeri; ma¬lahan bila daerah sensorik korteks dirangsang akan timbul rasa taktil di bagian kaki dan parestesia se¬perti tertusuk jarum pada daerah tubuh. Oleh karena itu, ada kecenderungan bahwa sebagian besar nyeri kepala tidak disebabkan oleh kerusakan dalam otak itu sendiri.
Sebaliknya, tegangan pada sinus venosus se¬kitar otak, kerusakan tentorium, atau regangan pada dura di basis otak dapat menimbulkan rasa nyeri hebat yang dikenal dengan nyeri kepala. Juga, hampir setiap macam trauma, cedera (crushing), atau stimulus regangan terhadap pembuluh darah, selaput otak dapat menimbulkan nyeri kepala. Struktur yang sensitif adalah arteri meningea media, dan para ahli hendaknya secara hati-hati menganes¬tesi arteri ini pada waktu operasi otak dengan anes¬tesi lokal.
2. daerah-daerah kepala tempat peralhan nyeri kepala internal.
Perangsangan reseptor rasa nyeri pada tempurung intrakranial di atas tentorium, meliputi bagian atas tentorium itu sendiri, akan menimbulkan impuls pada saraf ke¬lima, sehingga akan menimbulkan nyeri kepala alih di separuh bagian depan kepala pada darah yang diinervasi nervus kranialis kelima.
Sebaliknya, impuls nyeri yang berasal dari ba¬gian bawah tentorium akan memasuki sistem saraf pusat terutama melalui saraf servikal kedua, saraf glosofaringeal, dan saraf vagus, yang juga mengi¬nervasi kulit kepala di belakang telinga. Oleh kare¬na itu, stimulus nyeri yang berasal dari daerah sub¬tentorial akan menimbulkan “nyeri kepala oksipital” yang akan dialihkan ke bagian posterior kepa¬la.
b. Nyeri Kepala Ekstrakranial
1. Nyeri kepala akibat spasme otot.
Kete¬gangan emosi seringkali akan menyebabkan spasme otot, khususnya otot-otot yang melekat pada kulit kepala dan otot-otot leher yang melekat pada ok¬siput, dan ada anggapan bahwa keadaan ini merupa¬kan penyebab umum dad timbulnya nyeri kepala. Diduga nyeri akibat spasme otot-otot kepala ini akin dialihkan ke daerah kepala yang lebih dalam, sehingga nyeri kepala yang timbul sama seperti jenis nyeri kepala akibat les intrakranial.
2. Nyeri kepala akibat iritasi hidung dan sruktur-sruktur sekitar
hidung.
Mukosa membran hidung serta semua sinus nasalis sensitif terhadap rasa nyeri, namun tak begitu hebat. Walau¬pun demikian, infeksi atau proses iritasi pada dae-rah hidung yang luas biasanya bergabung dan menimbulkan, nyeri kepala yang akan dialihkan ke daerah belakang mata atau, seperti pada infeksi sinus frontalis, nyeri akan dialihkan ke permukaan frontal dahi dan kulit kepala. Juga, nyeri yang berasal dari sinus bagian bawah-misalnya sinus maksilaris ¬dapat terasa di wajah.
3. Nyeri kepala akibat kelanan mata.
Ke¬sulitan seseorang untuk memfokuskan mata agar timbul penglihatan yang jelas akan menimbulkan kontraksi yang berlebihan pada otot-otot, siliaris. Walaupun otot-otot ini sangat kecil, kontraksi tonik pada otot-otot ini diduga akan menimbulkan nyeri kepala di daerah retro-orbital. Juga, usaha mem¬fokuskan mata secara berlebihan dapat menimbul¬kan refleks spasme berbagai otot fasial dan otot ekstraokular, yang mungkin menimbulkan nyeri ke¬pala.
Nyeri kepala tipe kedua yang berasal dari mata dapat timbul bila mata terpapar cahaya secara ber¬lebihan, terutama sinar ultraviolet. Melihat matahari atau bunga api (arc-welder) selama beberapa detik saja mungkin akan menimbulkan nyeri kepala yang berlangsung 24 sampai 48 jam lamanya. Kadang¬kala nyeri kepala timbul karena iritasi konjungtiva oleh bahan “aktin”, dan nyeri yang timbul akan di¬alihkan ke daerah permukaan kepala atau ke daerah retro-orbital. t3agaimanapun, pemusatan sinar yang banyak dari busar (arclbunga api) atau dari sinar matahari pada retina dapat membakar retina, dan keadaan ini akan menimbulkan nyeri kepala.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari pembahasan makalah ini adala sebagai berikut:
1. Makna rasa nyeri. Rasa nyeri terutama merupakan makanisme pertahanan tubuh.
2. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi, Nyeri bersifat subyektif dan individual, Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah, Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien, Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya, Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis, Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan, Nyeri mengawali ketidakmampuan, Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal.
3. Rasanyeri dapat dibagi menjadi dua rasa nyeri utama: rasanyeri lambat dan rasa nyeri cepat.
4. Nyeri Alih (REFERRED PAIN) adalah rasa nyeri di bagian tubuh yang letaknya jauh dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri.
5. Ada beberapa rasa nyeri klinis abnormal dan sensasi somatik lainnya antara lain: 1, sindrom talamikus 2, herpes zoster (shingles) 3, tic douloureux 4, sindrom brown-sequard.
6. Nyeri lepala merupakan nyeri alih pada permukaan kepala yang berasal dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala disebabkanoleh stimulus nyeri yang berasal dari kranium, tapi yang lainnya mungkin juga dari luar kranium, misalnya dari sinus nasalis.


DAFTAR PUSTAKA


Guyton & Hall, 1997 Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: EGC

Guiton, Artur C.1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar