kursor

iNi DiA..!!!!!

iNi DiA..!!!!!
ciiiLuuK baaaa...!!!!

Senin, 05 Maret 2012

Tujuan Keperawatan Maternitas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993)

1.2  Rumusan Masalah
Pada kasus Maternitas asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik namun terkadang pemberian keperawatan maternitas sering terjadi ketidaksamaan dalam pemerataan layanan klien dan keluarganya hanya karena dilihat dari factor ekonomi keluarga atau klien, padahal sebagai perawat seharusnya menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilan persalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

1.3  Tujuan
ü  Mengetahui tentang pentingnya tujuan dari tindakan pemberian keperawatan maternitas
ü  Perawat mengerti dan dapat melakukan pemberian tindakan apa saja yang harus dilakukan secara profesional
ü  Agar perawat mengerti hal-hal apa saja yang diperkenankan dan tidak diperkenankan dalam pemberian keperawatan maternitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Keperawatan Maternitas
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir.
(May & Mahlmeister, 1990)

Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal.
(Auvenshine & Enriquez, 1990)

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari konsepsi sampai dengan enam minggu setelah melahirkan.
(Shane,et.al.,1990)

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan.
(Reede, 1997)

Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
(CHS/KIKI, 1993)

2.2  Peran Perawat
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):
1. Pelaksana
2. Pendidik
3. Konselor
4. Role model bagi para ibu
5. Role model bagi teman sejawat
6. Perumus masalah
7. Ahli keperawatan
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old(1988), Bobak & Jensen (1993):
1. Member pelayanan
2. Advocate
3. Pendidik
4. Change Agent
5. Political Activist
6. Peneliti

2.3  Pendekatan Pelayanan Keperawatan
Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas yaitu:
1. Holistik
2. Penghargaan terhadap pasien
3. Peningkatan kemampuan pasien Kemandirian
4. Pemanfaatan & peningkatan sumber daya yang diperlukan
5. Proses keperawatan
6. Berpusat pada keluarga= FCMC (Family Centered Maternity Care)
7. Caring: Siap dengan klien; Menghargai system nilai; Memenuhi kebutuhan dasar klien; Penyuluhan/konseling kesehatan.

2.4  Model Konsep Keperawatan
v  FCMC (Family Centered Maternity Care):
1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas.
3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
5. Menetapkan peraturan yang flexibel.
6. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
7. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
8. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil).
9. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
10.Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
11. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.

v  Tradisional Care :
1. Memisahkan ibu dari keluarga selama proses persalinan.
2. Memindahkan klien: dari ruang penerimaan ke ruang persalinan.
3. Melarang ibu beraktifitas selama proses persalinan.
4. Melakukan tindakan rutin: episitomi, obat-obatan.
5. Tidak ada keluarga ikut dalam proses persalinan & operasi.
6. Kontak orang tua & anak kurang.
7. Pemberian susu bayi dibatasi.
8. Waktu berkunjung dibatasi.
9. Rooming-in dibatasi.
10. Tidak ada Follow-up ke rumah.
11. Kontrol postpartum rutin pada hari minggu ke enam.

v  Model Konsep “Self Care Orem” :
• Penekanan pada aktifitas mandiri kemudian mencapai kesejahteraan ibu & bayi.
• Pada Maternal: mampu mandiri dalam perawatan diri.
• Melihat dari kemampuan.
• Berdasarkan kondisi.

v  Model Konsep “Adaptasi” :
• Mempunyai kemampuan adaptasi dalam rangka mencapai kebutuhan.
• Manusia selalu konstan berinteraksi dengan lingkungan (selalu berubah).
• Maternal sepanjang proses konsepsi sampai postpartum terjadi perubahan fisik, psikologis, dan social.

v  Model Konsep “I King” :
• Personal.
• Interpersonal.
• Social (Dinamik, interaksi mudah diberikan informasi & memberikan informasi).

2.5  Tujuan Keperawatan Maternitas
Pendamping Persalinan, ,Meliputi : Perempuan, berkeluarga, mempunyai anak banyak. Adapun Tujuan keperawatan maternitas adalah :
1.      Membantu wanita usia subur & keluarga dalam masalah produksi & menghadapi kehamilan.
2.      Membantu PUS untuk memahami kehamilan, persalinan, & nifas adalah normal.
3.      Memberi dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, & nifas adalah pengalaman positif & menyenamgkan.
4.      Membantu mendeteksi penyimpangan secara dini.
5.      Member informasi tentang kebutuhan calon orang tua.
6.      Memahami keadaan social & ekonomi ibu.

BAB III
PENUTUP
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 
Tujuan dari keperawatan maternitas yakni karena setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial dari individu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilan sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity Nursing, fifth edition. St.Louis: Mosby.
Emily Slone McKinney, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing. W.B.Saunders Company.
Handout Ns. Ulty Desmarnita, SKp., MKep., Sp.Mat. 2010.
http://keperawatan-keperawatan.blogspot.com/2008/02/konsep-dasar-keperawatan-maternitas.html

PERTUMBUHAN ENDOKRIN MASA JANIN DAN PERUBAHAN PADA SAAT NEONATUS DAN PADA BAYI DILAHIRKAN


MAKALAH
PERTUMBUHAN ENDOKRIN MASA JANIN DAN PERUBAHAN PADA SAAT NEONATUS DAN PADA BAYI DILAHIRKAN
Pembimbing:
Rodiyah, S, Kep, NS



Oleh :
Moch Dika Priskia U
PRODI SI KEPERAWATAN
KELAS II B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2010 - 2011

KATA PENGANTAR

Rasa syukur saya sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas  Pertumbuhan Endokrin Masa Janin dan Perubahan Pada Saat Bayi Dilahirkan”.
Dalam  proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rodiyah, S, Kep, NS selaku dosen pembimbing mata kuliah Sistem Muskuluskeletal
2.Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada kami.
Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memberikan bantuan serta dukungan dalam penyusunan makalah ini.


Jombang, 05 Maret 2012

      Penulis,
 
DAFTAR ISI

COVER                                                                                                                                  i
KATA PENGANTAR                                                                                                            ii
DAFTAR ISI                                                                                                                          iii

BAB I          : PENDAHULUAN
1.1               Latar belakang                                                                                                1
1.2               Rumusan masalah                                                                                           1
1.3               Tujuan                                                                                                             1

BAB II            : PEMBAHASAN
2.1       Sistem Endokrin Neonatus                                                                              2
2.1.1    Kelenjar-Kelenjar Endokrin                                                                            2
2.1.2    Plasenta Sebagai Organ Endokrin                                                                  7
2.2.      Sistem Endokrin Ekstra Uterin                                                                       8

BAB III          : PENUTUP
3.1       Kesimpulan                                                                                                      9

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                              10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Pematangan janin dan kelangsungan hidup neonatus diatur oleh berbagai jenis hormon. Tujuan dari pengaturan hormon ini adalah agar seorang bayi dapat bertahan hidup baik di dalam rahim maupun di luar rahim. Salah satu hormon yang berperan adalah hormon-hormon yang dihasilkan dari kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan kelenjar.
Macam-macam kelenjar endokrin adalah :
§      Kelenjar hipofisis
§       Kelenjar tiroid dan paratiroid
§      Kelenjar adrenal
§      Kelenjar timus
Kelenjar dari sistem endokrin menghasilkan bahan-bahan kimia yang mempengaruhi seluruh tubuh. Selama masa kehamilan, banyak perubahan yang terjadi pada kelenjar ini. Tidak hanya perubahan pada masa kehamilan, tetapi juga perubahan ketika bayi sudah lahir. Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana perubahan-perubahan sistem endokrin yang terjadi dari intra uterin sampai ekstra uterin.
1.2  Rumusan masalah
v  Bagaimana endokrin masa janin dan perubahan pada saat neonatus dan pada bayi dilahirkan?
v  Apa sajakah kelenjar kelenjar pada Endokrin?
1.3  Tujuan penulisan
Ø  Mengetahui perkembangan dan persiapan sistem endokrin pada kehidupan neonatus.
Ø  Memahami kelenjar kelenjar pada Endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN DAN PERSIAPAN SISTEM ENDOKRIN PADA KEHIDUPAN NEONATUS
2.1  SISTEM ENDOKRIN NEONATUS
2.1.1        Kelenjar-Kelenjar Endokrin
1.      Hipofisis Anterior
Mulchahey dan kawan-kawan (1987), dalam suatu tinjauan yang bagus sekali tentang ontogenesis fungsi dan regulasi kelenjar hipofisis janin, mengetengahkan suatu pandangan yang menarik dan patut diacungi jempol.
Pertama, mereka mengabaikan validitas konsep bahwa pengendalian sekresi hipofisis anterior janin tergantung pada pematangan system saraf pusat.
Kedua, mereka menyebutkan bahwa sistem endokrin janin berfungsi selama beberpa waktu sebelum “sistem saraf pusat melengkapi sinaptogenesisnya dan sistem-sistem integrative lainnya telah mencapai status maturitas, sehingga mampu melaksanakan banyak tugas yang berkaitan dengan homeostasis.”
Ketiga, mereka melanjutkan dengan mengusulkan bahwa sistem endokrin janin tidak perlu menyerupai sistem endokrin dewasa, tetapi dapat merupakan satu dari sistem homeostasik pertama kali yang dikembangkan.
Akhirnya, hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi lima tipe sel, yang mensekresi enam hormon protein:
1. Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL)
2. Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH)
3. Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH)
4. Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating horomone (TSH)
5.Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada minggu ke-7 kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis janin mampu mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan LH telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan 13 minggu. Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon hipofisiotropik dan mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak kehamilan dini.
Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali pusat, meskipun peranan untuk hormon tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in utero tidak banyak mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti yang diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-janin anensefalik manusia dengan jaringan hipofisis kecil tidak banyak berbeda dari janin-janin normal.
Hipofisis janin menghasilakn dan melepaskan endorfin-β dengan cara yang berbeda dari kadar plasma ibunya. Lagipula, kadar endorfin-β dan lipotrofin-β darah tali pusat ditemukan menurun sesuai dengan menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif dengan PCO2 janin.
2.      Neurohipofisis
Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan 10 sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan oksitosin dan arginin vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon vasotosin (AVT) terdapat di hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada kehidupan janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT meningkatkan tidur dan merangsang pelepasan prolaktin.
Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin untuk menghemat air tetapi aksi-aksi ini sebagian besar pada tingkat paru dan plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal. Pembentukan PGE2 di dalam ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar AVP di plasma tali pusat meningkat secara menyolok dibandingkan dengan kadar yang ditemukan dalam plasma ibu. Di samping itu, AVP dalam darah tali pusat dan darah janin tampak meninggi pada stress janin.
3.      Hipofisis Intermedia Janin
Ada lobus intermedie hipofisis yang berkembang baik pada janin manusia. Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang sebelum cukup bulan dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa. Produk sekresi utaria dari sel-sel lobus intermedia adalah hormon stimulasi α-melanosit (α-MSH) dan β-endorfin. Kadar α-MSH janin menurun secara progesif sesuai dengan umur kehamilan.
4.      Tiroid
Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri trimester pertama. Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah. Ada peningkatan yang lumayan besar setelah waktu ini. Mungkin sangat sedikit tirotropin melintasi plasenta dari ibu ke janin sementara stimulator-stimulator. Tiroid berjangka panjang LATS dan LATS-protektor demikian juga, bila terdapat dalam konsentrasi tinggi pada ibunya. Juga, antibody-antibaodi IgG ibu terhadap thyroid-stimulating hormon (TSH) juga dapat melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar TSH tinggi palsu pada neonatus.
Fase-fase pematangan tiroid pada janin dan neonatus manusia
Fase Peristiwa Umur Kehamilan
v  Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid 2 sampai 12 minggu
v  Pematangan hypothalamus 10 sampai 35 minggu
v  Perkembangan pengendalian neuroendorin 20 minggu sampai 4 minggu setelah lahir
v   Pematangan system monodeyodinasi perifer 30 monggu sampai 4 minggu setelah lahir
Dari Fisher: Ross Conference on Obstetrical Decisions and Neonatal outcome, San Diego, Mei 1979.
Plasenta manusia secara aktif mengkonsentrasikan yodida pada sisi janin dan sepanjng trimester kedua dan ketiga kehamilan, tiroid janin mengkonsentrasikan yodida lebih kuat daripada tiroid ibu. Karena itu, pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang lebih banyak dari biasa, jelas berbahaya bagi janin.
Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat yang sangat terbatas dengan triyodotironin lebih mudah lewat darpada tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama kehidupan janin. Janin manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir. Hanya jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon tiroid, yaitu otak dan paru.
5.      Kelenjar Paratiroid
Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan parathormon pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi respon in utero terhadap stimulasi pengaturan. Neonatus dari ibu-ibu dengan hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani hipokalsemik. Kadar kalsium plasma dalam janin, 11 sampai 12 mg per dL, dipertahankan oleh transpor aktif dari darah ibu. Kadar paratiroid dalam darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi.
Pada biri-biri, paratiroidektomi janin menyebabkan turunnya konsentrasi kalsium plasma janin. Nefrektomi juga menyebabkan turunnya kalsium dan 1α-hidroksilasi dari 25-OH-kolekalsiferol terjadi di ginjal janin.
6.      Kelenjar Adrenal
Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan totalnya jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang dewasa, seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normalnya mengalami hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat setelah lahir. Zone janin tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang, dimana hipofisis janin secara kongenital tidak ada.
Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Pada satu penelitian, kadar aldosteron di plasma tali pusat mendekati cukup bulan, melebihi kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan substrat rennin. Tubulus-tubulus ginjal bayi baru lahir dan barangkali juga janin tampak relatif tidak sensitif terhadap aldosteron.
Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel yang mirip dengan sel-sel zona fetal korteks adrenal janin, sel-sel ini dengan cepat muncul dan berproliferasi sebelum waktu vaskularisasi hipofisis oleh hipotalamus sempurna. Hal ini memberi kesan bahwa perkembangan awal adrenal janin berada di bawah pengaruh-pengaruh trofik yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh trofik pada orang dewasa.
Kemungkinan, ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa adanya factor corticotropin-releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF) lain yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin, misalnya dari ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH tidak menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan replikasi sel-sel adrenal zona fetal.
Korteks adrenal fetus normal terus menerus berkembang sepanjang kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia. Jelas bahwa laju pertumbuhan adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh rangsang trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu jenis agen yang menunjang pertumbuhan.
7.      Gonad
Siiteri dan Wilson (1974) mendemontrasikan sintesis testosteron oleh testis janin dari progesterone dan pregnenolon pada kehamilan 10 minggu. Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe ( 1985) menemukan bahwa sel-sel Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada testis dewasa, yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.
Fenomena dalam testis janin ini mungkin disebabkan oleh:
1.      Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin
2.      Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada testis janin
Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran perkembangan sel-sel Leydig dalam testis janin dan kadar hCG, pembentukan testosteron testis dan kadar hCG, konsentrasi reseptor untuk kadar LH/hCG dan tidak adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan sekresi testosteron testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar hCG tinggi.
Pembentukan estrogen di ovarium janin telah didemonstrasikan tetapi pembentukan estrogen di ovarium tidak diperlukan untuk perkembangan fenotip perempuan.
2.1.2        Plasenta Sebagai Organ Endokrin
Perubahan-perubahan endokrin yang menyertai kehamilan manusia mungkin adalah yang paling unik dan paling mengherankan yang dicatat pada fisiologi atau patofisiologi mamalia. Kalau diteliti niali-nilai ini, jelas bahwa perubahan-perubahan endokrin pada kehamilan merupakan fenomena.
Di samping peningkatan pembentukan hormon steroid seks dan mineralkortikoid ini, juga ada peningkatan menyolok kadar rennin, angiotensinogen dan angiotensin II plasma, bersamaan dengan produksi harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL) dan jumlah gonadotropin koroinik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.
Plasenta juga memproduksi adrenokortikotropin (ACTH) korionik dan produk-produk lain dari pro-opiomelanokortik, human korionik tirotropin (hCT) dan juga hypothalamic-like releasing dan inhibiting hormon, yaitu thyrotropin-releasing hormone (TRH), gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH), corticotropin-releasing factor (CRF) dan somatostatin serta inhibin dan berbagai macam protein yang unik untuk kehamilan (spesifik-kehamilan) atau proses-proses neoplastik.
Hormon-Hormon Protein Plasenta :
1. Gonadotropin korionik
2. Adrenokortikotropin dan tirotropin korionik
3. Hormon-hormon hypothalamic like-releasing dari plasenta
4. Inhibin
2.2        SISTEM ENDOKRIN EKSTRA UTERIN (saat bayi baru lahir)
Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan maka masih mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas hidup. Bnamun, organ-organ tersebut, misalnya system endokrin masih belum sempurna sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin lahir barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup diluar rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan ibu.
Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami daptasi agar mampu bekerja misalnya :
§        Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-perubahan besar funsi dan metabolisnya. Pendinginan atmosfer membangkitkan peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal 24-26 minggu setelah lahir. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang terjadi hampir bersamaan.
§        Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya ertambah dan pada masa remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.



BAB I11
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar antara lain :
1.      Hipofisis interior
2.      Neuro hipofisis
3.      Hipofisis intermedia janin
4.      Tiroid
5.      Paratiroid
6.      Kelenjar adrenal
7.      Gonad
Kelenjar –kelenjar endokrin pada intra uterin belum bisa berfungsi secara maksimal karena pembentukan belum sempurna dan masih mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya,
Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin dimulai dari trimester I. Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi secara maksimal karena pembentukannya juga sudah muali sempurna jadi neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.




DAFTAR PUSTAKA
Ø  Hacker & Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipocrates
Ø  Hamilton., Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Ø  Mac Donald, dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta :EGC
Ø  Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Ø  Prawirohardjo., Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka