MAKALAH
” PERTUMBUHAN
ENDOKRIN MASA JANIN DAN PERUBAHAN PADA SAAT NEONATUS DAN PADA BAYI DILAHIRKAN”
Pembimbing:
Rodiyah, S, Kep, NS
Moch Dika Priskia U
PRODI SI KEPERAWATAN
KELAS II B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2010 - 2011
KATA
PENGANTAR
Rasa syukur saya sampaikan
kehadiran Tuhan Yang
Maha Pemurah karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan
sesuai yang diharapkan.
Dalam
makalah ini saya
membahas
“Pertumbuhan Endokrin
Masa Janin dan Perubahan Pada Saat Bayi Dilahirkan”.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Rodiyah, S, Kep, NS selaku dosen pembimbing
mata kuliah
Sistem Muskuluskeletal
2.Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan
kepada kami.
Harapan
kami dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memberikan bantuan serta dukungan dalam
penyusunan makalah ini.
Jombang, 05 Maret 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang 1
1.2
Rumusan masalah 1
1.3
Tujuan 1
BAB
II : PEMBAHASAN
2.1 Sistem
Endokrin Neonatus 2
2.1.1 Kelenjar-Kelenjar Endokrin 2
2.1.2 Plasenta
Sebagai Organ Endokrin 7
2.2. Sistem Endokrin Ekstra Uterin 8
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Pematangan janin dan kelangsungan
hidup neonatus diatur oleh berbagai jenis hormon. Tujuan dari pengaturan hormon
ini adalah agar seorang bayi dapat bertahan hidup baik di dalam rahim maupun di
luar rahim. Salah satu hormon yang berperan adalah hormon-hormon yang
dihasilkan dari kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin adalah kelenjar
tanpa saluran atau kelenjar buntu sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui suatu saluran tetapi langsung masuk ke dalam darah yang
beredar di dalam jaringan kelenjar.
Macam-macam kelenjar endokrin adalah
:
§
Kelenjar hipofisis
§
Kelenjar tiroid dan
paratiroid
§
Kelenjar adrenal
§
Kelenjar timus
Kelenjar dari sistem endokrin
menghasilkan bahan-bahan kimia yang mempengaruhi seluruh tubuh. Selama masa
kehamilan, banyak perubahan yang terjadi pada kelenjar ini. Tidak hanya
perubahan pada masa kehamilan, tetapi juga perubahan ketika bayi sudah lahir.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana perubahan-perubahan sistem endokrin
yang terjadi dari intra uterin sampai ekstra uterin.
1.2
Rumusan
masalah
v Bagaimana
endokrin masa janin dan
perubahan pada saat neonatus dan pada bayi dilahirkan?
v Apa sajakah
kelenjar – kelenjar pada Endokrin?
1.3
Tujuan
penulisan
Ø Mengetahui perkembangan dan persiapan sistem endokrin pada kehidupan
neonatus.
Ø Memahami kelenjar – kelenjar pada Endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN DAN PERSIAPAN SISTEM ENDOKRIN PADA KEHIDUPAN
NEONATUS
2.1 SISTEM ENDOKRIN NEONATUS
2.1.1
Kelenjar-Kelenjar Endokrin
1.
Hipofisis Anterior
Mulchahey dan kawan-kawan (1987),
dalam suatu tinjauan yang bagus sekali tentang ontogenesis fungsi dan regulasi
kelenjar hipofisis janin, mengetengahkan suatu pandangan yang menarik dan patut
diacungi jempol.
Pertama, mereka mengabaikan
validitas konsep bahwa pengendalian sekresi hipofisis anterior janin tergantung
pada pematangan system saraf pusat.
Kedua, mereka menyebutkan bahwa
sistem endokrin janin berfungsi selama beberpa waktu sebelum “sistem saraf pusat
melengkapi sinaptogenesisnya dan sistem-sistem integrative lainnya telah
mencapai status maturitas, sehingga mampu melaksanakan banyak tugas yang
berkaitan dengan homeostasis.”
Ketiga, mereka melanjutkan dengan
mengusulkan bahwa sistem endokrin janin tidak perlu menyerupai sistem endokrin
dewasa, tetapi dapat merupakan satu dari sistem homeostasik pertama kali yang
dikembangkan.
Akhirnya, hipofisis anterior janin
berdiferensiasi menjadi lima tipe sel, yang mensekresi enam hormon protein:
1.
Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL)
2.
Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH)
3.
Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH)
4.
Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating horomone (TSH)
5.Gonadotrop,
memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).
ACTH pertama kali dideteksi pada
hipofisis janin pada minggu ke-7 kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17,
hipofisis janin mampu mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH,
ACTH dan LH telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan 13
minggu. Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon
hipofisiotropik dan mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak kehamilan dini.
Kadar hormon pertumbuhan hipofisis
agak tinggi pada darah tali pusat, meskipun peranan untuk hormon tersebut dalam
pertumbuhan dan perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in utero tidak
banyak mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti yang
diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-janin anensefalik
manusia dengan jaringan hipofisis kecil tidak banyak berbeda dari janin-janin
normal.
Hipofisis janin menghasilakn dan
melepaskan endorfin-β dengan cara yang berbeda dari kadar plasma ibunya.
Lagipula, kadar endorfin-β dan lipotrofin-β darah tali pusat ditemukan menurun
sesuai dengan menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif
dengan PCO2 janin.
2.
Neurohipofisis
Neurohipofisis janin berkembang
dengan baik pada kehamilan 10 sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan
oksitosin dan arginin vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon vasotosin (AVT)
terdapat di hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada
kehidupan janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT meningkatkan
tidur dan merangsang pelepasan prolaktin.
Ada kemungkinan oksitosin dan AVP
berfungsi pada janin untuk menghemat air tetapi aksi-aksi ini sebagian besar pada tingkat
paru dan plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal. Pembentukan PGE2 di dalam
ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini.
Beberapa peneliti telah menemukan
bahwa kadar AVP di plasma tali pusat meningkat secara menyolok dibandingkan
dengan kadar yang ditemukan dalam plasma ibu. Di samping itu, AVP dalam darah
tali pusat dan darah janin tampak meninggi pada stress janin.
3.
Hipofisis Intermedia Janin
Ada lobus intermedie hipofisis yang
berkembang baik pada janin manusia. Sel-sel dalam struktur ini mulai menghilang
sebelum cukup bulan dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa. Produk sekresi
utaria dari sel-sel lobus intermedia adalah hormon stimulasi α-melanosit
(α-MSH) dan β-endorfin. Kadar α-MSH janin menurun secara progesif sesuai dengan
umur kehamilan.
4.
Tiroid
Sistem hipofisis-tiroid mampu
berfungsi pada akhir tri trimester pertama. Tetapi sampai tengah-tengah
kehamilan, sekresi thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah.
Ada peningkatan yang lumayan besar setelah waktu ini. Mungkin sangat sedikit
tirotropin melintasi plasenta dari ibu ke janin sementara
stimulator-stimulator. Tiroid berjangka panjang LATS dan LATS-protektor
demikian juga, bila terdapat dalam konsentrasi tinggi pada ibunya. Juga,
antibody-antibaodi IgG ibu terhadap thyroid-stimulating hormon (TSH) juga dapat
melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar TSH tinggi palsu pada neonatus.
Fase-fase pematangan tiroid pada
janin dan neonatus manusia
Fase Peristiwa Umur Kehamilan
v Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid
2 sampai 12 minggu
v Pematangan hypothalamus 10 sampai 35
minggu
v Perkembangan pengendalian
neuroendorin 20 minggu sampai 4 minggu setelah lahir
v Pematangan system monodeyodinasi perifer 30
monggu sampai 4 minggu setelah lahir
Dari Fisher: Ross Conference on
Obstetrical Decisions and Neonatal outcome, San Diego, Mei 1979.
Plasenta manusia secara aktif
mengkonsentrasikan yodida pada sisi janin dan sepanjng trimester kedua dan
ketiga kehamilan, tiroid janin mengkonsentrasikan yodida lebih kuat daripada
tiroid ibu. Karena itu, pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang lebih
banyak dari biasa, jelas berbahaya bagi janin.
Hormon tiroid yang berasal dari ibu
melintasi plasenta pada tingkat yang sangat terbatas dengan triyodotironin
lebih mudah lewat darpada tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama
kehidupan janin. Janin manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu
lahir. Hanya jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon
tiroid, yaitu otak dan paru.
5.
Kelenjar Paratiroid
Ada bukti yang baik bahwa paratiroid
menguraikan parathormon pada akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut
tampaknya memberi respon in utero terhadap stimulasi pengaturan. Neonatus dari
ibu-ibu dengan hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani
hipokalsemik. Kadar kalsium plasma dalam janin, 11 sampai 12 mg per dL,
dipertahankan oleh transpor aktif dari darah ibu. Kadar paratiroid dalam darah
janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi.
Pada biri-biri, paratiroidektomi
janin menyebabkan turunnya konsentrasi kalsium plasma janin. Nefrektomi juga
menyebabkan turunnya kalsium dan 1α-hidroksilasi dari 25-OH-kolekalsiferol
terjadi di ginjal janin.
6.
Kelenjar Adrenal
Adrenal janin manusia disbanding
dengan ukuran badan totalnya jauh lebih besar daripada perbandingan ukuran
tersebut pada orang dewasa, seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian
dalamnya atau yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang
normalnya mengalami hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat
setelah lahir. Zone janin tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang, dimana
hipofisis janin secara kongenital tidak ada.
Adrenal janin juga mensintesis
aldosteron. Pada satu penelitian, kadar aldosteron di plasma tali pusat
mendekati cukup bulan, melebihi kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin dan
substrat rennin. Tubulus-tubulus ginjal bayi baru lahir dan barangkali juga
janin tampak relatif tidak sensitif terhadap aldosteron.
Pada
awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel yang mirip dengan
sel-sel zona fetal korteks adrenal janin, sel-sel ini dengan cepat muncul dan
berproliferasi sebelum waktu vaskularisasi hipofisis oleh hipotalamus sempurna.
Hal ini memberi kesan bahwa perkembangan awal adrenal janin berada di bawah
pengaruh-pengaruh trofik yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh
trofik pada orang dewasa.
Kemungkinan, ACTH disekresi oleh
hipofisis janin tanpa adanya factor corticotropin-releasing factor (CRF) atau
ACTH (atau CRF) lain yang timbul dari suatu sumber selain hipofisis janin,
misalnya dari ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH
tidak menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup
kemungkinan bahwa ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan replikasi
sel-sel adrenal zona fetal.
Korteks adrenal fetus normal terus
menerus berkembang sepanjang kehamilan dan selama 5 sampai 6 minggu kehamilan
terakhir, terjadi kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia. Jelas bahwa laju
pertumbuhan adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh rangsang
trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu jenis agen yang
menunjang pertumbuhan.
7.
Gonad
Siiteri dan Wilson (1974)
mendemontrasikan sintesis testosteron oleh testis janin dari progesterone dan
pregnenolon pada kehamilan 10 minggu. Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe ( 1985)
menemukan bahwa sel-sel Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas
pada testis dewasa, yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.
Fenomena dalam testis janin ini
mungkin disebabkan oleh:
1.
Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin
2.
Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada
testis janin
Karena itu, ada hubungan yang erat
antara gambaran perkembangan sel-sel Leydig dalam testis janin dan kadar hCG,
pembentukan testosteron testis dan kadar hCG, konsentrasi reseptor untuk kadar
LH/hCG dan tidak adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan sekresi
testosteron testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar hCG tinggi.
Pembentukan estrogen di ovarium
janin telah didemonstrasikan tetapi pembentukan estrogen di ovarium tidak
diperlukan untuk perkembangan fenotip perempuan.
2.1.2
Plasenta Sebagai Organ Endokrin
Perubahan-perubahan endokrin yang
menyertai kehamilan manusia mungkin adalah yang paling unik dan paling
mengherankan yang dicatat pada fisiologi atau patofisiologi mamalia. Kalau
diteliti niali-nilai ini, jelas bahwa perubahan-perubahan endokrin pada
kehamilan merupakan fenomena.
Di samping peningkatan pembentukan
hormon steroid seks dan mineralkortikoid ini, juga ada peningkatan menyolok
kadar rennin, angiotensinogen dan angiotensin II plasma, bersamaan dengan
produksi harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL) dan jumlah gonadotropin
koroinik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.
Plasenta juga memproduksi
adrenokortikotropin (ACTH) korionik dan produk-produk lain dari
pro-opiomelanokortik, human korionik tirotropin (hCT) dan juga
hypothalamic-like releasing dan inhibiting hormon, yaitu thyrotropin-releasing
hormone (TRH), gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau luteinizing
hormon-releasing hormone (LHRH), corticotropin-releasing factor (CRF) dan
somatostatin serta inhibin dan berbagai macam protein yang unik untuk kehamilan
(spesifik-kehamilan) atau proses-proses neoplastik.
Hormon-Hormon Protein Plasenta :
1. Gonadotropin korionik
2. Adrenokortikotropin dan
tirotropin korionik
3. Hormon-hormon hypothalamic
like-releasing dari plasenta
4. Inhibin
2.2 SISTEM
ENDOKRIN EKSTRA UTERIN (saat bayi
baru lahir)
Sistem endokrin pada neonatus ekstra
uterin jelas berbeda daripada ketika berada dalam kandungan. Ketika janin
berada dalam kandungan maka masih mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu
melalui plasenta meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk
organ-organ bagi aktivitas hidup. Bnamun, organ-organ tersebut, misalnya system
endokrin masih belum sempurna sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin
lahir barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup diluar
rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan ibu.
Setelah lahir ada beberapa kelenjar
yang mengalami
daptasi agar mampu bekerja misalnya :
§
Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar
tiroid mngalami perubahan-perubahan besar funsi dan metabolisnya. Pendinginan
atmosfer membangkitkan peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang
selanjutnya menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal
24-26 minggu setelah lahir. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang
terjadi hampir bersamaan.
§
Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih
sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya ertambah dan
pada masa remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.
BAB I11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar antara lain :
1.
Hipofisis interior
2.
Neuro hipofisis
3.
Hipofisis intermedia janin
4.
Tiroid
5.
Paratiroid
6.
Kelenjar adrenal
7.
Gonad
Kelenjar –kelenjar endokrin pada intra uterin belum bisa
berfungsi secara maksimal karena pembentukan belum sempurna dan masih
mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya,
Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin dimulai dari
trimester I. Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa
berfungsi secara maksimal karena pembentukannya juga sudah muali sempurna jadi
neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin
ibunya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Hacker & Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Hipocrates
Ø Hamilton., Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC
Ø Mac Donald, dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta :EGC
Ø Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta : Gramedia
Ø Prawirohardjo., Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar