kursor

iNi DiA..!!!!!

iNi DiA..!!!!!
ciiiLuuK baaaa...!!!!

Selasa, 24 Mei 2011

AsKep dIaRe Lh0w....


Etiologi Diare
1.      Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2.      Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3.      Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak,  protein.
4.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kurang matang.
5.      Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
Patofisiologi Diare
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.


Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.


Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.


pengkajian Keperawatan pada Klien Diare
1.      Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.      Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5.      Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan mencuci tangan.
6.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a.       Pertumbuhan
o   Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
o   Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
o   Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
o   Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b.      Perkembangan
o   Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
o   Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
o   Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1.      Berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)
2.      Meniru membuat garis lurus (GH)
3.      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4.      Melepasa pakaian sendiri (BM)
9.      Pemeriksaan Fisik
a.       pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b.      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c.       Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d.      Mata : cekung, kering, sangat cekung
e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.       Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.       Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j.        Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10.  Pemeriksaan Penunjang
1)         Laboratorium :
  • feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
  • Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
  • AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
  • Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2)         Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
1.      jenis cairan
1)      Cara rehidrasi oral
o   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
o   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2)      Cara parenteral
o  Cairan I  : RL dan NS
o  Cairan II : D¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1  + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
o  HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2.      Jalan pemberian
1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3.      Jumlah cairan ; tergantung pada :
1)      Defisit ( derajat dehidrasi)
2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)
3)      Rumatan (maintenance).
4.      Jadwal / kecepatan cairan
1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o   BB (kg) x 50 cc
o   BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
1.      obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3.      antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
Dietetik
a.         Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu
b.         Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
Diagnosa Keperawatan pada Klien Diare
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Intervensi Keperawatan pada Klien Diare
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o   Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5c, RR : < 40 x/mnt )
o   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o   Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)        Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2)        Pantau intake dan output
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3)        Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)        Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5)        Kolaborasi :
-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria        : – Nafsu makan meningkat
-          BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)        Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)        Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)        Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4)        Monitor  intake dan out put dalam 24 jam
Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5)        Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b.      obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)        Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)        Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)        Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan      : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : – Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
-             Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1)        Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2)        Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)        Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1)      Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2)      Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)      Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional : menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4)      Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5)      Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
Daftar Pustaka
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
askep diare akut dehidrasi sedang


asKeP 0ksiEgeNasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.
Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
1.2 Rumusan masalah
1.      Apakah pengertian oksigenasi?
2.      Apakah saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap oksigenasi?
3.      Bagaimanakah asuhan keperawatan penyakit asma dengan pemberian oksigenasi?
1.3 Tujuan Masalah
1.Mengetahui tentang pengertian oksigenasi.
2.Mengetahui tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap oksigenasi.
3.Memahami asuhan keperawatan penyakit asma dengan pemberian oksigenasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 faktor – faktor yang berpengaruh terhadap oksigenasi :
       1. Lingkungan / Enviroment
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh pada oksigenasi.
 Tempat yang tinggi → tekanan O2 menurun → peningkatan respirasi curah jantung, dan kedalaman pernafasan.
 Panas → dilatasi pembuluh
Ø darah perifer → aliran darah ke kulit meningkat sejumlah hilangnya panas pada permukaan tubuh. Vasodilatasi → memperbesar lumen pembuluh darah, menurunkan resistensi aliran darah → peningkatan tekanan darah → bertambahnya cardiac output → bertambanya rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Ø Lingkungan dingin → konstriksi pembuluh darah perifer, menurunkan aktifitas jantung → berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen.
Ø Polusi Udara contohnya rokok → merangsang timbuknya sakit kepala, pusing, batuk, dan perasaan tercekik.
2. Latihan / Exercise
Aktifitas atau latihan fisik → meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2 di dalam tubuh.

3. Emosi / Emotions
Percepatan heart rate mugkin juga merupakan respon dari emosi seperti pada rasa takut, cemas dan marah → merangsang saraf simpatic untuk merespon kiondisi tersebut.

 4. Gaya Hidup / Life Style
Gaya hidup klien merupakan faktor penting yang berhubngan dengan status oksigenasi.
Silicosis → pada seseorang pemecah batu.
Asbestosis → pada pekerja asbes
Antracosis → pada penambang batu bara
Petani → penyakit debu organic
Rokok cigarret → faktor predisposisi pada penyakit paru
5. Status Kesehatan / Health Status
Dalam kondisi sehat, sistem kardiovaskuler dan pernafasan dapat memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Hipoxemia, misalnya dikarakteristikan oleh penurunan tekanan partial oksigen di dalam darah arteri, atau penurunan saturasi dari oksihemoglobin. Anemia merupakan salah satu pada sistem cardiovaskuler. Banyak penyebab dari anemia, meliputi malnutrisi, kehilangan darah. Karena hemoglobin membawa oksigen dan carbondioksida, anemia dapat mempengaruhi pembebasan gas dari dan ke sel tubuh.

6. Narcotics
Morphine dan mepedrin hydrocholoride ( demerol ), menurunkan rata – rata dan kedalaman pernafasan oleh karena depresi pusat respirasi pada medulla. Perawat harus memonitor rata – rata dan kedalaman pernafasan pada pasien yang mendapatkan analgetik narkotik.

2.2 Terapi oksigen dalam asuhan keperawatan 
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah
(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,
(2) untuk menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.
Syarat-syarat pemberian O2 meliputi :
 (1) Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol,
 (2) Tidak terjadi penumpukan CO2,
 (3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah,
(4) efisien dan ekonomis,
(5) nyaman untuk pasien. Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.

v  Kasus
Ny lisa umur umur 65 thn,pada tanggal 12 mei 2011 jam 10.15 datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, Keluarga klien mengatakan sejak kemarin klien sesak, perut terasa sakit. Klien gelisah, berteriak-teriak tidak bisa bernapas. Tanda – tanda vital : TD : 220/120 mmHg,nadi : 100 x/menit, suhu 36,5°C, RR: 40x/menit.Klien mempunyai riwayat penyakit asma, DM dan hipertensi.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN

2.3.1 PENGKAJIAN


Pengkajian diambil pada tanggal        : 12 mei 2011
Tanggal masuk                                    : 12 mei 2011
Pukul                                                   : 10.15 WIB
Ruangan / kelas                                   : IGD RSK Rahayu
Dx Masuk                                           : Asma Bronkiale
Dokter penanggung jawab                  : dr. Justin bieber

1.      Identitas
Nama                                 : Ny. Lisa                                Pekerjaan         : Ibu rumah tangga
Umur                                 : 65 tahun                                No. Register    :
Jenis kelamin                     : Perempuan
Agama                               : Islam
Alamat                              : Ds. Ploso arang Rt. 2 Rw. 4


2.      Riwayat Sebelum Sakit
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit dengan hipertensi. Klien belum pernah mengalami prosedur pembedahan atau operasi. Klien mempunyai riwayat penyakit asma, DM dan hipertensi. Obat-obatan yang biasanya dikonsumsi berupa obat penurun tekanan darah dan obat untuk diabetes mellitus.
                                                                                           
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : sesak
Keluarga klien mengatakan sejak kemarin klien sesak, perut terasa sakit. Klien gelisah, berteriak-teriak tidak bisa bernapas. Tanda – tanda vital : TD : 220/120 mmHg,nadi : 100 x/menit, suhu 36,5°C, RR: 40x/menit
                                                                  
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga terdapat anggota keluarga yang mempunyai penyakit Asma, DM dan hipertensi, saat ini dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien.
                                                                
5.      Pola Kegiatan Sehari Hari
a.       Makan dan minum      :
Sebelum sakit              :
Makan                          : 3 kali sehari berupa nasi + lauk + sayur
Minum                         : 6-8 gelas air putih sehari
Setelah sakit                : Klien tidak mau makan, minum sedikit, selama di UGD klien tidak          makan dan minum.
b.      Eliminasi
Sebelum sakit :
Klien BAB 1 kali perhari dengan konsistensi padat
Klien BAK 3 – 4 kali perhari warna kuning, bau khas
Setelah sakit :
Sejak kemarin klien tidak BAB, BAK 1 kali ngompol. Selama di UGD klien tidak BAB, klien dipasang kateter produksi urine ± 100 cc, warna kuning.
c.       Istirahat dan aktivitas
Sebelum sakit
Klien biasa tidur malam 7 – 8 jam dan tidur siang 1-2 jam.
Setelah sakit
Klien tidak bisa tidur karena sesak.

Pengkajian Persistem
·         PERNAPASAN
      Bentuk dada simetris, tidak ada batuk maupun sputum, RR : 40 kali permenit, ekspirasi lebih panjang dari inspirasi,  pergerakan dada intercostal, 02 (+) nasal kanul 4 liter permenit.
·         KARDIOVASKULER
      Nadi 100 x/mnt, tekanan darah : 220/120 mmHg, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal tak ada suara tambahan,  pembesaran jantung (+)
·         PENGINDERAAN
  1. Mata : bentuk simetris, tidak cowong, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis.
  2. Hidung : Bentuk normal, tak ada gangguan penciuman,
  3. Telinga : Aurikel normal, membran timpani terang, tak otorea, tak ada gangguan
  4. Perasa (lidah) : normal, tak ada gangguan apapun.
  5. Peraba : normal, tak ada gangguan apapun

·         PERKEMIHAN
 Produksi urine 100 cc warna kuning

·         PENCERNAAN
  1. Mulut dan tenggorokan
Selaput lendir mulut lembab, lidah kotor, rongga mulut berbau, , tak ada pembesaran vena jugularis,
  1. Abdomen
Abdomen kenyal, pembesaran hepar (-) pembesaran lien (-), bising usus (+)
·         OTOT TULANG DAN INTEGUMEN
1.      Otot dan tulang
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tak ada kontraktur, dislokasi maupun haematum.
2.      Integumen
Akral dingin, turgor kulit turun, Suhu 36,5 oC, odema (+) di kaki
·         REPRODUKSI
     Jenis kelamin perempuan
·         ENDOKRINE
     Klien mempunyai riwayat penyakit DM

6.      Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax

7.      Terapi Medik Dan Tindakan Medik
Infus Pan Aming 20 tetes/menit
Aminophilin 3 x 1
Catapres 2 x 1
Lasik 1 x 1
2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • Gangguan pemenuhan oksigen b.d bronkospasme
  • Ketidak efektifan pola pernafasan
  • Ketidak efektifan jalan nafas

Analisa Data

Pengelompokan data
Penyebab
Masalah
Subyektif :
Klien megatakan sesak sejak kemarin
Obyektif :
-          Klien lemah
-          Klien gelisah
-          Sesak (+)
-          O2 (+) 4 liter permenit
-          Pucat (-), sianosis (-)
-          TTV :
TD : 220/120 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5°C                    
RR : 40 x/menit

Pertukaran gas tidak normal ( hipoksia)
                 
Perubahan pada status mental
 

Bronkospasme

Ventilasi paru menurun

sesak

ada nafas tambahan
peningkatan / sekresi / obstruksi yang terus bertambah misalnya aspirasi
 


perubahan kecepatan / kedalaman respirasi

  • Gangguan pemenuhan oksigen





  • Ketidak efektifan pola pernafasan




  • Ketidak efektifan jalan nafas


2.3.3 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/ tanggal
Tujuan / Kriteria Hasil
                    Intervensi
Rasional
paraf
Rabu, 12 mei 2011
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pertukaran gas adekuat
Kriteria hasil :
-          KU baik
-          Sesak (-)
-          Sianosis (-)
1.      Kaji frekuensi dan pola napas

2.      Observasi tanda-tanda vital

3.      Kaji adanya pucat dan sianosis

4.      Berikan posisi semi fowler

5.      Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas

6.      Kolaborasi dalam pemberian
-          Oksigen
-          Bronkodilator
  7. Memberi pendidikan kesehatan pada pasien atau keluarga tentang penggunaan peralatan pendukung misal
 - oksigen
- Bronkodilator




1.      Frekuensi napas bisa meningkat dan pola tidak teratur karena penyempitan bronkus
2.      Mengetahui keadaan fisik klien

3.      Sianosis merupakan tanda dari kekerangan oksigen pada jaringan
4.      Membantu pernapasan dengan menggunakan gaya gravitasi
5.      Mengurangi kebutuhan oksigen
6.      Membantu memenuhi kebutuhan oksigen
Untuk melebarkan bronkus


2.3.4 Implementasi


Masalah keperawatan
Hari/tanggal
Tindakan keperawatan
Paraf

1

Rabu, 12 mei 2011
  • Mengatur frekuensi dan pola napas
Frekuensi napas 40 x/menit, pola napas reguler
  • Mengukur tanda-tanda vital
TD : 20/120 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5°C
RR : 40 x/menit
  • Melihat adanya pucat dan sianosis
Pucat (-), sianosis (-)
  • Memberikan posisi semi fowler
  • Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas
  • Berkolaborasi dalam pemberian
-          Oksigen : nasal kanul 4 liter permenit
-          Bronkodilator : aminophilin 1 ampul
Memberikan penkes kepada keluarga tentang kondisi terakhir klien.


Dhika










Ayu

 2.3.5 Evaluasi

Masalah keperawatan
Hari/tanggal
Evaluasi
Paraf
Gangguan pemenuhan oksigen
Rabu,12 mei 2011
Subyektif :
klien mengatakan masih sesak
Obyektif :
-          KU lemah
-          Klien gelisah
-          Sesak (+)
-          O2 (+) 4 liter permenit
-          Pucat (-), sianosis (-)
-          TTV :
TD : 220/120 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5°C
RR : 36 x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan di ruangan
dhika


BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
Adapun evaluasi pada kasus dengan gangguan pemenuhan oadalah Subyektif :
klien mengatakan masih sesak
Obyektif :
-          KU lemah
-          Klien gelisah
-          Sesak (+)
-          O2 (+) 4 liter permenit
-          Pucat (-), sianosis (-)
-          TTV :
TD : 220/120 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5°C
RR : 36 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan di ruangan
   
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul.2007.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Mardika
Rohmah, Nikmatur.2010.Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi Dilengkapi Dengan NOC-NIC dan Aplikasi pada Berbagai Kasus.Jogjakarta:Ar- Ruzz Media
Wilkinson,Judith.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Inntervensi NIC dan Kreteria Hasil NOC.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

http://blog.ilmukeperawatan.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-oksigenasi-pernapasan.html