DAUR
KEHIDUPAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
SISTEM
MUSKULOSKELETAL
Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Sistem Pernafasan
Jenjang Pendidikan S1 Keperawatan
OLEH :
Moch Dika Priskia U
NIM : 100501088
SEKOLAH ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2011-2012
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala
puji bagi Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat,hidayah,inayah serta nikmat
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Daur Kehidupan Pertumbuhan Dan Perkembangan Sistem Muskuloskeletal”
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW.yang
telah memberikan seri tauladan yang baik kepada kita.
Sehubungan
diadakannya proses belajar mengajar maka kami dituntut untuk membuat laporan
yang berupa makalah sebagai persyaratan belajar mengajar
Dan
tak lupa kami ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih yang sebesar
besarnya kepada yang terhormat:
1. Ns.
Mulia Hakam, M.Kep., Sp. KMB selaku dosen pembimbing mata kulia Sistem
Muskuloskeletal
2. Semua
pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada kami.
Harapan kami dengan adanya makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memberikan bantuan serta
dukungan kepada kami Amein…
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulis............................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulis ............................................................................................ 2
BAB
II KONSEP TEORI
2.1 Perkembangan Sistem
Musculoskeletal......................................................... 3
2.2 Fungsi Utama Rangka Tubuh
Manusia ........................................................ 4
BAB
III PEMBAHASAN
3.1
Perkembangan Pada Masa Embrio................................................................ 6
3.2 Embriologi tulang.......................................................................................... 7
3.2.1
Embriologi Extermitas Bawah............................................................... 8
3.2.2 Pertumbuhan Menanjang Tulang............................................................ 9
3.3 pertumbuhan Tulang Pada Bayi ................................................................... 9
3.4 Perkembangan Remaja atau Dewasa ............................................................ 11
3.5 Lansia ........................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1 simpulan........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Konsep gerak tidak hanya diartikan
sebagai perpindahan tempat saja akan tetapi gerakan dari bagian-bagian tubuh
disebut juga sebagai suatu gerakan. Contohnya, pada saat kita menulis, kita
tidak berpindah tempat hanyatangan kita saja yang bergerak. Pada saat kita
menulus, kita dikatakan juga sedang bergerak.
Manusia bergerak berpindah tempat
atau hanya menggerakkan bagian tubuhnya saja sesuai dengan keinginananya.
Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya kerjasama anatar tulang dan otot.
Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan dirinya, oleh karena itu
tulang disebut sebagai alat gerak pasif. Sednagkan otot mempunyai kemmapuan
untuk berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat menggerakkan tulang, oleh
karena itu otot disebut sebagai alat gerak pasif.
Sistem
muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang –tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem
muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi
organ-organ penting, misalnya otak dilindungi
oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada
(cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
Embriologi tulang
merupakan pembentukan, pertumbuhan dan maturasi tulang merupakan pengertian
dasar bedah ortopedi. Pembentukan dan perkembangan merupakan suatu proses
morfologik yang unik serta melibatkan perubahan kimia.
Tulang rawan (
kartilago ) lempeng epifisis tidak samadengan tulang rawan hialin dan tulang
rawan artikuler oleh karena tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur
pembuluh darah, zona-zona dan susunan biokomia sehingga memberikan gambaran
matriks yang unik.
Dalam makalah ini
dibahas tentang daur kehidupan pertumbuhan dan perkembangan system
muskuluskeletal sepanjang daur kehidupan embriologi tulang,bayi atau anak,
remaja atau dewasa dan Lansia.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
- Apa Perkembangan sistem musculoskeletal ?
- Bagaimana Pembentukan Sistem Muskuloskeletal Ketika Bayi, Remaja atau Dewasa Dan Lansia?
1.3 Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah :
- Agar mampu memahami tentang definisi system muskuloskeletal.
- Untuk mengetahui daur pembentukan sistem muskuluskeletal.
1.4
Manfaat penulisan
1. Dapat
mengetahui pengertian dari tulang pada system muskuluskeletal.
2. Dapat
memahami pertumbuhan dan perkembangan system muskuluskeletal sepanjang daur
kehidupan mulai embrio sampai lansia
BAB II
KONSEP TEORI
2.1
Perkembangan
System Muskuloskeletal
Tulang pada tubuh manusia
berjumlah sekitar 206 tulang. Sistem skeletal terdiri dari axial skeleton dan
appendicular/perifer skeleton. Axial skeleton adalah tulang2 yang membentuk axis tubuh yaitu tengkorak,
vertebra, sternum, dan costa. Appendicular
skeleton adalah tulang2 yang membentuk tambahan/pelengkap
tubuh, yaitu tulang2 pada extremitas superior dan inferior. Menurut bentuk dan
fungsinya, tulang terdiri atas tulang pendek, tulang panjang, tulang datar, dan
tulang irregular (tidak beraturan). Contoh tulang pendek adalah ossa carpalia
dan ossa tarsalia.
Tulang datar berperan
melindungi organ-organ dalam dan jaringan lunak yg
terletak didalamnya. serta memberikan area yang luas untuk perlekatan otot dan ligamen,
contoh scapula, sternum, costa, patella, dan beberapa tulang tengkorak. Tulang
irregular dapat berfungsi khusus pada tubuh manusia, seperti vertebra yang
memiliki arcus untuk melindungi spinal cord dan memiliki processus untuk
perlekatan otot dan ligamen. Tulang panjang membentuk kerangka dari
appendicular skeleton ujung tulangnya terdapat kartilago sendi yang
self-lubrikasi untuk melindungi ujung tulang dari pengausan. Tulang panjang
juga memiliki rongga yang dikenal dgn cavitas atau canal medullaris.
Pertumbuhan dan
perkembangan dari tulang berawal dari janin atau embrio, dan secara kontinyu
terjadi perubahan komposisi dan struk-tur selama masa kehidupan. Pertumbuhan
tulang terdiri atas pertumbuhan longitu-inal (tumbuh secara longitudinal) dan pertumbuhan circumferential
(tumbuh secara circumferential):
1.
Pertumbuhan
Longitudinal
Pertumbuhan
longitudinal tulang terjadi pada epiphysis (dataran epiphyseal) epiphysis
adalah diskus cartilaginous yang ditemukan dekat ujung tulang panjang.
Epiphysis merupakan pusat pertumbuhan tulang yang menghasilkan jaringan tulang
baru sebagai bagian dari proses pertumbuhan normal sampai tertutup atau
berhenti pada usia remaja atau dewasa muda. Secara kontinyu, setiap epiphysis
menghasilkan sel2 tulang baru. Memasuki usia remaja dataran epiphyseal
menghilang dan terjadi penyatuan tulang akhir dari pertumbuhan longitudinal
sebagian besar merapat pada usia sekitar 18 tahun, meskipun beberapa epiphysis
masih ada sampai usia sekitar 25 tahun.
2.
Pertumbuhan
Circumferential
Pertumbuhan
circumferential terjadi pada diameter tulang. Lapisan bagian dalam dari
periosteum membentuk ja-ringan tulang baru yang konsentrik (kearah pusat) pada
puncak salah satu tulang periosteum adalah membran berlapis ganda yang menutupi
tulang; lapisan pa-ling luar tempat melekatnya tendon otot dan lapisan dalam
adalah tempat aktivitas osteoblast. Osteoblast dan osteoclast bekerja secara
simultan untuk menghasilkan perubahan ukuran dan bentuk tulang.
3.
Perkembangan
Tulang Dewasa
Pada
masa anak2 sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat
secara progresif sampai mencapai puncaknya pada usia 25 – 28 tahun (wanita) dan
usia sekitar 30 – 35 tahun (laki2) menurut beberapa ahli puncak kepadatan
tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tulang &
kekuatan tulang yg progresif (laki2 & wanita) mulai terjadi pada awal usia
20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan me-ningkatnya porositas
tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal
yang lebih kecil daripada laki2. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi pada
laki2 tetapi laki2 mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan
dibandingkan wanita.
2.2
Rangka tubuh
manusia memiliki fungsi utama sebagai berikut:
1.
Memberi bentuk tubuh. Rangka
menyediakan kerangka bagi tubuh sehingga menyokong dan menjaga bentuk tubuh.
2.
Tempat melekatnya otot. Tulang-tulang
yang menyusun rangka tubuh manusia menjadi tempat melekatnya otot. Tulang dan
otot ini bersama-sama memungkinkan terjadinya pergerakan pada manusia.
3.
Pergerakan. Pergerakan
pada hewan bertulang belakang (vertebrae) bergantung kepada otot rangka, yang
melekat pada rangka tulang.
4.
Sistem kekebalan tubuh. Sumsum
tulang menghasilkan beberapa sel-sel imunitas. Contohnya adalah limfosit B yang
membentuk antibodi.
5.
Perlindungan. Rangka tubuh
melindungi beberapa organ vital yakni:
·
Tulang tengkorak melindungi otak,
mata, telinga bagian tengah dan dalam.
·
Tulang belakang melindungi sumsum
tulang belakang.
·
Tulang rusuk, tulang belakang, dan
tulang dada melindungi paru-paru dan jantung.
·
Tulang belikat dan tulang selangka
melindungi bahu.
·
Tulang usus dan tulang belakang
melindungi sistem ekskresi, sistem pencernaan, dan pinggul.
·
Tulang tempurung lutut dan tulang
hasta melindungi lutut dan siku.
·
Tulang pergelangan tangan dan
pergelangan kaki melindungi pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
6.
Produksi sel darah. Rangka tubuh
adalah tempat terjadinya haematopoiesis, yaitu tempat pembentukan sel darah.
Sumsum tulang merupakan tempat pembentukan
sel darah. Terutama di tulang pipih contoh : tulang dada / pada corpus sterni
7.
Penyimpanan. Matriks
tulang dapat menyimpan kalsium dan terlibat dalam metabolisme kalsium. Sumsum
tulang mampu menyimpan zat besi dalam bentuk ferritin dan terlibat dalam
metabolisme zat besi.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Perkembangan Pada Masa
Embrio
1
Bulan pertama
Sudah
terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa,
sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio
berukuran 0,6 cm.
2
Bulan kedua
Tangan
dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago).
Embrio berukuran 4 cm.
3 Bulan
ketiga
Seluruh
organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang
embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
4 Bulan
keempat
Sudah
disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100
gram dengan panjang 14 cm.
5 Bulan
kelima
Janin
akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan
menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila
dilakukan USG (Ultra Sonographi).
6 Bulan
keenam
Janin
sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
7 Bulan
ketujuh
Janin
bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
8 Bulan
kedelapan
Janin
semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin
bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000 gram.
9 Bulan
kesembilan
Posisi
kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
3.2
Embriologi Tulang
Pada fase awal perkembangan tulang
embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu
ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat
multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi
membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio,
terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel
mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal
terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua
tahap, yaitu :
1. Pada
minggu kelima perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari prakartilago,
yang terdiri atas tiga jenis tulang rawan, yaitu :
· Tulang
rawan hialin
· Tulang
rawan fibrin
· Tulang
rawan elastic
2. Setelah
minggu ketujuh perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalu dua cara,
yaitu :
· Secara
langsung
Pada proses ini
tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang dalam bentuk
lembaran-lembaran, misalnya pada tulang
muka, pelvis, scapula dan tulang tengkorak.pada penulangan jenis ini
dapat ditemukan satu atau lebih pusat-pusat
penulangan membrane. Proses penulangan ini ditandai dengan terbentuknya
osteiblas yang merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secara
radier.
· Secara
tidak langsung
Pada proses ini
tulang terbentuk dari tulang rawan dimana proses penulangan dari tulang rawan
terjadi melalui dua cara, yaitu :
o
Osifikasi sentral
Pada keadaan ini osiofikasi dari
tulang terjadi melalui osifikasi endokondral
o
Osifikasi perifer
Pada keadaan ini osifikasi terjadi
dibawah perikondrium/perikondrial atau osifikasi periosteum/periosteal,
mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang
membentuk periosteum dimana osteoblast terbentuk didalamnya.
3.2.1 Perkembangan Embriologi Extremitas
Bawah
Manifestasi pertama extremitas bawah sebagai paddle-shape
bud pada dinding ventrolateral tubuh selama minggu 4-5 gestasi. Limb bud
ini akan berkembang bentuknya dengan adanya migrasi dan proliferasi dari
jaringan mesenkim yang berdifrensiasi. Dengan berakhirnya minggu ke 6, limb bud
terus berkembang membentuk lempengan terminal (plate) dari tangan dan
kaki (termasuk membentuk pola digiti) serta membentuk eksternal awal dari
tungkai.
Tepatnya minggu ke 7, axis longitudinal dari upper dan lower
limb buds adalah parallel. Komponen pre-axial menghadap ke dorsal dan
post-axial menghadap ke ventral. Pada periode ini posisi limb bud dibanding
trunk tidak mengalami perubahan yang berhubungan dengan aktivitas otot namun
dipastikan akan mengalami torsion pada tulang-tulangnya.
Jari-jari dibentuk penuh pada minggu ke 8 embrio, permukaan
plantar yang berlawanan disebut posisi praying feet, segera setelah itu
lower limb berputar ke medial membawa ibu jari ke midline dari posisi
post-axial pada awalnya.
Selanjutnya secara mekanik intrauterine, terbentuklah
ekstremitas bawah fetus, kemudian femur atau upper limb bud berotasi ke
eksternal dan tibia atau lower limb bud berotasi ke internal. Postur kaki terus
tumbuh dan dipastikan femur berotasi ke lateral dan tibia ke medial.
Dalam studi computer tomografi (CT) tibial torsion selama
masa pertumbuhan fetus, telah ditemukan bahwa ada peningkatan eksternal tibial
torsion pada stadium awal dari kehidupan fetus namun kemudian secara bertahap
menurun pada saat bayi lahir, tibial akan torsion ke arah internal. Setelah
lahir tibia berotasi ke arah eksternal dan rata-rata version tibia pada tulang
matur adalah 15⁰.
3.2.2 Pertumbuhan Memanjang Tulang
Pertumbuhan
interstisial tidak dapat terjadi didalam tulang, oleh karena itu pertumbuhan
interstisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan.
Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang, yaitu :
1. Tulang Rawan Artikuler
Pertumbuhan
tulang panjang terjadi didaerah tulang rawan artikuler dan merupakan tempat
satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang
pendek, pertumbuhan tulang dapat terjadi pada sekuruh daerah tulang.
2. Tulang Rawan Lempeng Epifisis
Tulang
rawan lempeng epifisis memberikan kemungkinan metafisis dan difisis untuk
bertumbuh dan memanjang.
Pada
daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses, yaitu :
a. Proses Pertumbuhan
Adanya
pertumbuhan interstisial tulang rawan dari lempeng epifisis memungkinkan
terjadinya penebalan tulang.
b. Proses klarifikasi
Kematian
dan penggantian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis terjadi melalui
proses osifikasi endikondral.
3.3
PERTUMBUHAN
TULANG PADA BAYI
Pada waktu lahir,
tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis
dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis.
Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal
sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun
besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang
parietal dan dua tulang frontalis. Sutura dan ubun-ubun memungkinkan
tulang-tulang tengkorak saling bertumpah tindih(suatu proses yang disebut
molase) selama proses persalinan.segera setelah lahir, tulang-tulang membranosa
bergerak kembali ke posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak besar dan
bulat. Sebenarnya ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah muka yang
kecil. Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam waktu yang
cukup lama setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus berlangsung
setelah lahir dan terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak. Walaupun seorang anak
berusia 5-7tahun hampir sudah memiliki semua kapasitas tengkoraknya, beberapa
sutura masih tetap terbuka hingga usia dewasa. Pada beberapa tahun pertama
setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar dapat memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai apakah penulangan tengkorak berlangsung normal dan apakah
tekanan di dalam normal.
·
Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut
sekitar 30⁰ sampai 40⁰. Dikarenakan intrauterin biasanya
hip eksternal rotasi positif, maka pada saat pemeriksaan infan akan terlihat
hip lebih eksternal rotasi.
·
Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan
berkurang lebih dari 1 tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya
meningkat menjadi internal rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi
semakin terlihat.
·
Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30⁰ sampai 40⁰ pada saat lahir kemudian menjadi 10⁰ sampai 15⁰ pada adolesen awal dan puncak
perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih
menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan
cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan
rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak berbeda
daripada orang dewasa karena growth
plate
yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan
masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko
harus dimonitor dengan perawatan.
Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi
anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung
pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat
yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan
masalah pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan
gabungan penjepitan dan pembedahan.
Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang
menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki
pekuk
dan dislokasi
pinggul
kongenital (juga dikenal sebagai displasia
pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian
substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
3.4
Perkembangan Remaja atau Dewasa
Selama
manusia hidup, tulang akan terus mengalami perbaikan dan perkembangan. Proses
yang terjadi pada tulang yaitu formation dan resorption. Selama
resorption, sel tulang lama akan mengalami kerusakan dan digantikan oleh
sel-sel khusus yang disebut osteoclasts. Pada proses bone formation,
jaringan tulang baru akan menggantikan sel-sel tulang lama. Sel yang melakukan
proses ini adalah osteoblasts. Osteoblas dan osteoclasts selama melakukan
proses perbaikan pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitanan dan hormon,
yaitu :
·
calcitonin.
·
parathyroid.
·
vitamin C.
·
hormon testosteron (pada lelaki).
·
hormon estrogen (pada perempuan)
Pubertas memiliki peran
penting dalam pertumbuhan tulang. tulang
memanjang dan mengalami peningkatan kepadatan. Pada akhir masa pubertas,
kemampuan tulang untuk memanjang berakhir. Ketika ini terjadi, remaja telah
mencapai tinggi maksimal dan massa tulang mencapai puncaknya. pubertas dini
dikaitkan dengan massa tulang yang lebih besar sementara pubertas terlambat
mengakibatkan massa tulang kurang. Remaja dengan perawakan pendek kadang-kadang
menjalani intervensi medis untuk menunda pubertas dalam upaya untuk mencapai
tinggi badan yang lebih. Penelitian ini menunjukkan bahwa memperpanjang masa
pertumbuhan dengan menunda pubertas mungkin memiliki konsekuensi tak terduga di
kemudian hari.
Tubuh memiliki sekitar
300 tulang saat baru dilahirkan, tapi seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan
maka tulang yang terbentuk saat dewasa hanya sekitar 206 tulang saja. Saat bayi
tulang terbuat dari tulang rawan (cartiage) yang lembut serta fleksibel, tulang
ini akan tumbuh dan lambat laun akan digantikan oleh tulang yang keras dengan
bantuan kalsium. Pada usia 20-an tahun, proses ini sudah lengkap dan tidak ada
lagi pertumbuhan. Tulang-tulang tersebut sudah besar dengan kerangka yang
sangat kuat dan ringan.
Pada masa anak-anak sampai usia remaja, secara normal
mineral tulang akan meningkat secara progresif sam-pai mencapai puncaknya pada
usia 25 – 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 – 35 tahun (laki-laki) menurut
beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti,
kemunduran kepadatan tu-lang & kekuatan tulang yg progresif (laki-laki
& wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang
akan disertai dengan meningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki
tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada
laki-laki. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi pada laki-laki tetapi
laki-laki mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan
wanita.
3.5
Lansia
Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang dapat
menyebabkan tingkatan kepadatan pada tulang menurun. Osteoporosis akan terus
menggerogoti kekuatan yang ada pada tulang trabecular yang dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan tulang secara drastis, dan juga tulang cortical menipis
dan secara keseluruhan tulang akan mudah patah. Penyakit osteoporosis akan
mengintai orang yang berusia lanjut dan pada wanita yang telah memasuki masa
menopause.
Pembentukan hormon tiroid yang terlalu banyak dapat
menyebabkan rapuhnya tulang. Pada wanita, kerapuhan tulang meningkat secara
drastis pada masa menopause karena kadar estrogen yang menurun. Amenorrhea
(masa tidak menstruasi sebelum masa menopause) dalam jangka panjang, juga meningkatkan
risiko osteoporosis. Pada pria, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan
hilangnya kepadatan tulang.
Sendi
sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini
memiliki rongga sendi dan permukaan rongga sendi dilapisi tulangrawanhialin.
Kapsul
sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam
yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium
yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon
yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi
terlipat sehingga sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh.
Lapisan-lapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak
melewatikapsul.
Sinovium
menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan
sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarna. Jumlah yang
ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah
putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah
sel-sel mononuklear. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab
atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus
sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan berasal dari transudat
plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan
sendi.
Kartilago
hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial.
Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan
sendi tersusun dari sedikit sel dan sebagian besar substansi dasar. Substansi
dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang berasal dari
sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi
sangat hidrofilik sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut menerima beban
yang berat.
Tulang
rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi
yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau usia yang bertambah. Beberapa
kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa.
Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya.
Perubahan-perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk
menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi
dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang
terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang
rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat
tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini
juga bergeser ke depan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak
kebelakang ke bagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi
dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput
cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat
aus meskipun dipakai terlalu banyak.
Aliran
darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai masuk
melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat
tebal di bagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini
memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang
sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium karena di dalam
daerah tersebut banyak mengandung aliran darah, dan disamping itu juga terdapat
banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang secara dinamis berinteraksi
untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan.
Saraf-saraf
otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan sinovium.
Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur
ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen, dan
adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran.
Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak
terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer yang menyeberangi
sendi. Ini berarti nyeri yang berasal dari satu sendi mungkin dapat dirasakan
pada sendi yang lainnya, misalnya nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan
sebagai nyeri lutut.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Tulang
pada tubuh
manusia berjumlah sekitar 206 tulang. Sistem skeletal
terdiri dari axial skeleton dan appendicular/perifer skeleton. Axial skeleton adalah tulang2 yang membentuk axis
tubuh yaitu tengkorak, vertebra, sternum, dan costa. Appendicular skeleton
adalah tulang2 yang membentuk tambahan/pelengkap tubuh, yaitu tulang2 pada
extremitas superior dan inferior. Pada masa anak2 sampai usia remaja, secara
normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sampai mencapai puncaknya
pada usia 25 – 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 – 35 tahun (laki2) menurut
beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti,
kemunduran kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki2 &
wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an.
Pada fase awal perkembangan tulang
embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu
ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat
multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi
membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio,
terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel
mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal
terbentuknya tulang dan tulang rawan. Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih
tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan
penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di
tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal
sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun
besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal
dan dua tulang frontalis.
Selama manusia hidup, tulang akan terus
mengalami perbaikan dan perkembangan. Proses yang terjadi pada tulang yaitu
formation dan resorption. Selama resorption, sel tulang lama akan
mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel khusus yang disebut
osteoclasts. Pada proses bone formation, jaringan tulang baru akan
menggantikan sel-sel tulang lama. Sel yang melakukan proses ini adalah
osteoblasts. Osteoblas dan osteoclasts selama melakukan proses perbaikan
pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitanan dan hormon. Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang dapat menyebabkan tingkatan
kepadatan pada tulang menurun. Osteoporosis akan terus menggerogoti kekuatan
yang ada pada tulang trabecular yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan
tulang secara drastis, dan juga tulang cortical menipis dan secara keseluruhan
tulang akan mudah patah.