kursor

iNi DiA..!!!!!

iNi DiA..!!!!!
ciiiLuuK baaaa...!!!!

Rabu, 16 November 2011

limfoma Maligna


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Makin tua umur, makin tinggi risiko terkena penyakit ini. Tapi secara umum,limfoma maligna bisa menyerang semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Sementara dari sisi jenis kelamin, kasus ini lebih sering ditemukan pada pria ketimbang wanita.Di Indonesia, limfoma merupakan jenis kanker nomor  enam yang paling sering ditemukan.
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik. Ada dua macam sel limfosit yaitu: Sel B dan Sel T. Sel B membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan jalan membuat antibodi yang menyerang dan memusnahkan bakteri
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang..
1.2  Rumusan masalah
Bagaimana cara menerapkan proses keperawatan yang meliputi:
1.                  Pengkajian keperawatan
2.                  Diagnosa keperawtan
3.                  Intervensi keperawatan
4.                  Implementasi keperawatan
5.                  Evaluasi Keperawatan
1.3  Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, penulis membatasi masalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Limfoma maligna "

1.4  Tujuan makalah
Dalam makalah ini terdapat 2 macam tujuan yaitu :
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui cara penerapan proses keperawatan secara tepat dan berkesinambungan pada gangguan penyakit Limfoma Maligna

 1.4.2 Tujuan Khusus
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI dalam pokok bahasan ”Asuhan Keperawatan pada Limfoma maligna”.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH).

2.2  Epidemiologi
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun.    

2.3  Etiologi
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
2.4  Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.


2.5  Faktor Predisposisi
1. Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
2. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita
3. Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV
4. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

2.6  Pathways










Faktor keturunan
 


Kelainan system kekebalan
 


Infeksi virus dan bakteri
 


Toksin lingkungan
 



                     
2.7  Klasifikasi  
1.      Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.
Limfoma non Hodgkin’s adalah kanker yang berasal dari sistem limfatik, disease ini melewati jaringan dan menyebar ke seluruh tubuh. Pada non Hodgkin’s limfoma, tumor berkembang dari sel darah putih. Tumor ini dapat tumbuh dari tempat yang berbeda-beda di tubuh.
LNH (Limfoma Non Hodgkin) sebenamya merupakan tumor jenis limfogen dimana tumor jenis ini biasanya cukup responsif terhadap kemoterapi. LNH ini biasanya bermanifestasi di regio servikal dan kelenjar limfe cicin Waldayer, dan timbul gambaran klinis adanya masa di orofaring atau di nasofaring.

2.   Klasifikasi Patologi
Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi limfoma maligna  menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi Working Formulation masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis, yaitu sebagai berikut :

Keganasan rendah

·         Limfoma malignum, limfositik kecil
·         Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran kecil cleaved
·         Limfoma malignum, folikular, campuran sel berukuran kecil cleaved dan besar

Keganasan menengah

·          Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran besar
·          Limfoma malignum, difus, sel berukuran kecil
·          Limfoma malignum, difus, campuran sel berukuran kecil dan besar
·          Limfoma malignum, difus, sel berukuran besar

Keganasan tinggi

·          Limfoma malignum, sel imunoblastik berukuran besar
·          Limfoma malignum, sel limfoblastik
·          Limfoma malignum, sel berukuran kecil noncleaved

Lain-lain

·          Komposit
·          Mikosis fungoides
·          Histiosit
·          Ekstamedular plasmasitoma
·          Tidak terklasifikasi

3.      Stadium Limfoma Maligna
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
·         Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu kelenjar getah bening.
·         Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
·         Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
·         Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak




2.8  Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai berikut :
                        1.      Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri dan mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)
                        2.      Demam  
                        3.      Sering keringat malam
                        4.      Penurunan nafsu makan  
                        5.      Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan  (anorexia)
                        6.      Kelemahan, keletihan
                        7.      Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang mengenai sumsum tulang secara difus

2.9  Pemeriksaan Fisik
Ø  Pemeriksaan fisik pada daerah leher, ketiak dan pangkal paha
Ø  Pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)
Ø  Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic bila tumor sudah besar.
Ø  Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.

2.10                      Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna yaitu :
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang membesar.
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap pengobatan.
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.


2.11                      Terapi
·         Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.

·         Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.

·         Khemoterapi
1.   Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinyu atau intermiten yang dapat memberikan ha                                                                                                                             sil baik pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit lanjut atau gejala sistemik
2.      Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.

2.12                      Prognosis
Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah bertahan hidup lebih dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat tinggi yang terlokalisasi disembuhkan dengan radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien limfoma maligna tingkat tinggi yang tersebar luas mempunyai perpanjangan hidup lebih lama dan dapat disembuhkan.

2.13                      Asuhan Keperawatan pada Limfoma maligna

Pengkajian
A.             Identitas Klien
Nama                     :  Tn. Songko
Umur                      :  66 tahun
Agama                   :  Islam
Jenis Kelamin         :  laki-laki
Pendidikan             :                
Pekerjaan               :                
Alamat                   :  Jl. Dr Soetomo No. 10 Pamekasam
Status                     :                
B.             Keluhan utama
-          Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
-          Mengeluh nyeri pada benjolan
-          Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
C.             Riwayat penyakit sekarang
Demam dengan suhu tinggi >38 bekepanjangan sampai 6 hari sehingga perlu rawat inap di RS pada tanggal 23 Mei 2011.
D.             Riwayat kesehatan lalu
Over dosis minuman keras sehingga rawat inap di RS 3 hari.


E.             Pemeriksaan fisik
Palpasi pembesaran kelenjar getah bening di leher terutama supraklavikuler – aksila dan inguinal. Mungkin lien dan hati teraba membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk menentukan kemungkinan cincin Weldeyer ikut terlibat. Apabila area ini terlibat perlu diperiksa gastrointestinal sebab sering terlibat bersama-sama.

Diagnosa Keperawatan
Analisis Data
No.
Kelompok Data
Kemungkinan penyebab
Masalah
1
Ds   :   
Pasien tidak nafsu makan dan minum , mual, muntah

Do  : Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada pangkal paha
-          Wajah pucat
-          Hb
-          S :>38 C
Virus

Limfoma Hodkin dan Limfoma Non Hodkin

Tumor Pada jaringan limfatik

Resiko infeksi




No.
Kelompok Data
Kemungkinan penyebab
Masalah
1
Ds   :   
Pasien mengeluh nyeri pada benjolan.
Do  : Perubahan Nafsu makan
-          Wajah pucat

Virus

Limfoma Hodkin dan Limfoma Non Hodkin




Tumor Pada jaringan limfatik

Merangsang sel saraf perifer sekitar benjolan
Nyeri


Diagnosa Keperawatan
Tgl/Jam
Diagnosa
Paraf

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi yang di tandai dengan adanya pes(nanah).


Nyeri berhubungan dengan saraf yang ditandai dengan benjolan semakin besar.



NOC
Indikator
Ekstrim
berat
sedang
ringan
tidak ada
1
2
3
4
5
Penurunan Konsentrasi





Anoreksia





Kegelisahan





Ekspresi nyeri lisan





Perubahan dalam kecepatan pernafasan






NIC     : Resiko Infeksi
Tanggal
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
perencanaan
Paraf

Resiko infeksi
 Faktor resiko infeksi akan hilang dengan di buktikan oleh keadekuatan ststus immun pasien.







1.      Pengkajian
-          Pantau tanda atau gejala infeksi misalnya suhu, penampilan luka.
-          Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
2.      HE
-          Jelaskan kepada pasien atau keluarga mengapa sakit dan pengobatan meningkatkan resiko terhadap infeksi.
-          Ajarkan metode aman penanganan makanan/penyiapan/penyimpanan.
-          Ajarkan kepada pasien dan keluarganya tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan.

3.      Kolaborasi
-          Pengendalian infeksi : berikan terapi antibiotik 

4.      Aktifitas
-          Bantu paisen/keluarga untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan mereka, gaya hidup, dan praktik kesehatan yang meningkatkan resiko infeksi..



NIC     : Nyeri
Tanggal
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
perencanaan
Paraf

Nyeri
 Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dpat diterima pasien.





1.      Pengkajian
-          Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan tingkat perkembangan pasien.

2.      HE
-          Informasikan pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri.

3.      Kolaborasi
-          Kelola nyeri dengan pemberian opiat yang terjadwal

4.      Aktifitas
-          Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas dari pada nyeri dengan melakukan pengalihan melalui televisi,radio dan kunjungan.


Implementasi Keperawatan
NO. DIAGNOSIS MASALAH KOLABORATIF
TGL/JAM
TINDAKAN
PARAF
1
28-05-2011/07.30

08.00



10.00

15.00









-    Merapikan tempat tidur pasien, meja dan pakaian klien

-        Memantau tanda dan gejala infeksi
-          Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

Tindakan Kolaborasi
-          mengendalikan infeksi : berikan terapi antibiotik 

-          Mengajarkan metode aman penanganan makanan/penyiapan/penyimpanan.
-          Bantu paisen/keluarga untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan mereka, gaya hidup, dan praktik kesehatan yang meningkatkan resiko infeksi.




NO. DIAGNOSIS MASALAH KOLABORATIF
TGL/JAM
TINDAKAN
PARAF
2
29-05-2011/08.00


10.00




15.00







-          Mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan tingkat perkembangan pasien.

-          Informasikan pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri.

-          Kolaborasi :
Kelola nyeri dengan pemberian opiat yang terjadwal

-          Membantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas dari pada nyeri dengan melakukan pengalihan melalui televisi,radio dan kunjungan.



Evaluasi Keperawatan

NO. DIAGNOSIS MASALAH KOLABORATIF
TGL/JAM
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
Resiko Infeksi
29-05-2011/23.00






S     :    Pasien mengatakan nyeri kadang-kadang hilang
O    :    Pasien menolak di palpasi didaerah abdomen
A    :   Resiko infeksi masih berlanjut
P     :    Modifikasi intervensi 1







BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Limfoma maligna adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul dalam kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya).
Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam.
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg.
3.2 SARAN
Saran kami semoga dari apa yang kita tulis di atas mahasiswa pembaca dapat  di baca dan di pahami  dan dapat mempelajari limfoga maligna.



DAFTAR PUSTAKA
  1. Bets,cecily,dkk.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatrik.jakarta:EEC
  2. Price, Syilvia A. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses Penyakit.jakarta:EGC
  3. Wong, Donal.2004.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EEC
  4. http://darsananursejiwa.blogspot.com/2009/04/askep-liofoma-malignakanker-kelenjar.html






















PERTANYAAN
  1. Bagaimanakah hubungan limfoma maligna sampai menjalar ke abdomen ?
  2. Apa saja kan gejala awal terkena limfoma maligna ?
  3. Perbedaan antara Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH) ?
  4. Kenapa infeksi pada limfoma maligna sampai menyerang organ-organ yang lain ?
  5. Kenapa penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar